Mudahnya Marah Itu Muncul

marah1

Pernahkah kita harus menjadi marah besar hanya karena masalah kecil?

Marah, sepertinya sudah menjadi teman akrab. Karena masalah sepele kita menjadi begitu mudahnya marah untuk melampiaskan kekesalan.

Bahkan mungkin kita sudah terpersepsi, bahwa setiap kesalahan itu wajib mendapat hadiah kemarahan. Kalau kita belum memarahi mereka yang kita anggap bersalah belum afdol rasanya.

Hanya karena bersenggolan sedikit saja saat berpapasan, mata langsung melotot dan keluar omelan.

Karena anak kurang hati-hati saat bermain, sehingga terjatuh sebagai orangtua malahan memarahi. Ini namanya apes, sudah jatuh ditimpah kemarahan lagi.

Batin yang tidak atau kurang terlatih memang mudah sekali terpicu amarah. Gampang sekali tersundut. Seakan-akan harus marah baru bisa puas.

Barusan saya mengalami keadaam yang harus memaksa untuk marah. Bagaimana tidak? Ada rekan kerja meminjam carger. Dengan baik hati saya pinjaman. Nah, ketika HP saya membutuhkan tambahan energi karena sudah hampir mati. Tiba-tiba saya ingat kalau carger-nya dipinjam.

Baca juga :  Beda Bule Aspal dan Bule Asli

Aneh, saya baru terpikir ternyata belum dikembalikan kepada saya. Langsung ingin marah. Tak tahu diuntung, sudah dipinjami tak dikembalikan pula. Beruntung tertahan. Buat apa marah. Tenang saja dulu. Bisa saja dia lupa. Berbaiklah hatilah. Jangan cuma maunya marah. Ya, sudah, saya senyum-senyum saja sambil mencari tahu keberadaan carger yang sedang saya butuhkan itu.

Segera saya teleponi tema tersebut. Loh, dia malah bercanda seperti tak berdosa. Ups tarik nafas, sabar. Jangan sampai marah. Tanya baik-baik saja. Itu nasehat entah dari mana muncul. Iya saya tahu, sabar dan jangan marah.

Oh, ternyata cargernya sudah dititipkan ke pos keamanan di pabrik. Loh, kenapa tak disampaikan ke saya? Ya sudah, mungkin lagi lupa. Akhirnya sedikit terhibur lagi ketika teman ini menyampaikan permintaan maaf di ujung telepon.

Adem. Sepele kan? Coba, kalau hanya karena masalah sepele ini belum-belum saya sudah emosi dan langsung mendamprat teman yang meminjam dengan alasan sudah pinjam tapi malah tidak langsung mengembalikan ke saya.

Baca juga :  Di Negeriku Penampilan Kadang Jadi Ukuran

Tapi dengan sedikit ketenangan dan memaklumi, masalahnya jadi selesai dengan baik tanpa harus mengumbar emosi. Ini hanya satu contoh kejadian kecil.

Pasti dalam keseharian akan banyak kejadian  yang memancing kemarahan kita. Tentu hal ini membutuhkan sikap pengendalian diri atau olah batin dari dalam diri. Kalau tidak, akan banyak energi kita yang terbuang hanya untuk hal yang sepele ini.

Kata kuncinya adalah sabar dan berpikiran jernih denga apa yang terjadi. Dengan demikian, maka masalah yang ada tidak harus diselesaikan dengan amarah. Yang perlu diingat, masalah tidak akan selesai hanya dengan kemarahan. Malah akan membuat masalah tidak selesai dan menambah masalah baru.

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *