TELAH dipasangkan paving block dengan mutu terbaik, Dan, sudah disiapkan tim pembongkaran dengan reaksi cepat, dan itu modal para caleg. Caleg sudah pikirkan dengan matang sebelum memasangkan itu, demi menyenanglan hati masyarakat, biar enak nyoblos dan tak mikirin lagi soal beceknya lorong-lorong di sebuah kampung, dan biar lebih lancar transportasi sepeda dan becak. Hati senang, amat senang.
Itu target caleg, bak seorang pria merayu-rayu gadis. Apapun ia akan lakukan dengan syarat gadis itu ‘mau’ memilih lelaki itu sebagai kekasihnya,
Lha, sudah tahu kok kalau caleg itu tak ikhlas, kalian saja yang seoekulasi, berharap caleg itu menang. Nyatanya kalah, dan mereka berhak membongkar kembali paving block itu sebab kita tau barang-barang itu harus ditukar dengan suara, Faktanya, kalian sudah dibantu tapi tak tahu diri.
Ini kan aneh namanya, rakyat kok tak punya komitmen, bukan caleg itu sudah memberi DP kepada Anda ini, lha nanti Anda akan bisa minta tambahan paving block sesuai isi rekaman suara caleg itu yang Anda rekam saat kampanye. Mestinya, hormatilah orang-orang yang telah berbuat baik padamu. Ini kok, dijadikan masalah, padahal sesungguhnya masalah itu berada di hati rakyat, di hati masyarakat yang -sekali lagi- caleg sudah nyata-nytaa pamrih kok. Eling euy..Eling…..
***
Al kisah seorang laki-laki itu, telag berkorban dan membantu sang gadis dengan beragam jenis bantuan. Caleg dan masyarakat, pun ibarat sepasang kekasih. Siapa yang berkhianat, tanggung risiko. Dan saat ini, hubungan caleg dan masyarakat adalah Hubungan Tanpa Status, hubungan itu bisa diakhiri oleh siapa saja, bila kepentingan sudah raib, sudah tiada dan raib.
“Oke, kamu tak memilih aku sebagai kekasihmu, kamu putuskan hubungan kita. Maka kembalikan semua beras yang pernah kukirimkan ke rumah kosmu selama ini”, begitu ucapan seorang lelaki yang diputuskan oleh sang gadis pujaannya. Sayapun melakukan hal yang sama, andai saya seorang caleg gagal. Apakah yang salah?
nasi bungkus ditagih lagi?? yowess basiii atuhhh Bang…