Armuji atau yang akrab disapa CAK JI, bukan hanya sekadar Wakil Wali Kota Surabaya—ia adalah representasi pemimpin lokal yang membumi, vokal, dan langsung menyapa denyut nadi masyarakat. Lahir dan besar di Kota Pahlawan, Armuji dikenal sebagai politisi yang meniti karier dari bawah, mulai dari anggota DPRD kota hingga menduduki kursi legislatif provinsi, sebelum akhirnya menjabat sebagai pendamping Eri Cahyadi dalam memimpin Surabaya. Sosoknya kerap tampil di lapangan, menghadapi langsung keluhan rakyat, tak jarang dengan gaya blak-blakan yang membuatnya dicintai sekaligus dikritik. Dalam pusaran dinamika politik perkotaan, Armuji menegaskan diri sebagai suara rakyat yang tak hanya hadir di ruang rapat, tapi juga di lorong pasar dan gang sempit kampung kota.
Latar Belakang dan Kiprah Awal
Lahir pada 8 Juni 1965 di Surabaya, Armuji tumbuh di tengah masyarakat urban yang dinamis dan kompleks. Sosoknya dibentuk oleh realitas kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah, yang kemudian membentuk gaya politiknya yang populis dan membumi.
Karier politiknya dimulai dari bawah: ia adalah kader tulen PDI Perjuangan, partai yang dikenal kuat di Surabaya dan Jawa Timur. Ia pernah menjadi:
Anggota DPRD Kota Surabaya
Ketua DPRD Kota Surabaya dua periode (2003–2004, 2014–2019)
Dari sini, ia dikenal sebagai figur vokal yang tidak segan mengkritik kebijakan dan memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, khususnya dalam sektor pelayanan publik dan pengawasan anggaran daerah.
Jabatan Wakil Wali Kota Surabaya (2021–sekarang)
Bersama Wali Kota Eri Cahyadi, Armuji menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya sejak 2021 dan kembali terpilih untuk periode kedua (2025–2030). Duet Eri–Armuji dikenal memadukan gaya birokratis modern dan sentuhan populis.
Armuji sering turun langsung ke lapangan—baik ke pasar, permukiman padat, maupun kantor pelayanan publik. Gaya “sidak” (inspeksi mendadak) menjadi ciri khasnya.
Misalnya:
Menegur langsung pengelola pasar yang fasilitasnya tak layak.
Mendatangi rumah warga yang mengalami diskriminasi pelayanan publik.
Mengintervensi persoalan tenaga kerja, seperti penahanan ijazah oleh perusahaan.
Gaya Kepemimpinan: Blak-Blakan dan Akar Rumput
Pro Rakyat Kecil
Armuji banyak dipuji karena keberaniannya berbicara lantang terhadap persoalan rakyat kecil. Ia sering terlibat langsung dalam mediasi persoalan sosial, dari konflik pasar, penggusuran, hingga bantuan sosial.
Politisi Era Digital
Armuji juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk mendokumentasikan kegiatannya. Ia percaya transparansi dan keterbukaan informasi menjadi bagian dari demokrasi yang sehat. Tapi ini juga menimbulkan kritik karena dianggap “pencitraan”.
Relasi dengan Wali Kota dan Elite Politik
Meskipun berasal dari partai yang sama dengan Wali Kota Eri Cahyadi, relasi politik keduanya tidak selalu mulus. Armuji kerap tampil dengan agenda sendiri, bahkan berbeda gaya dengan Eri yang cenderung teknokratis. Namun, perbedaan ini sering kali justru melengkapi: Eri sebagai administrator, Armuji sebagai komunikator.
Ia juga punya pengaruh kuat di internal PDI-P Surabaya, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu “penjaga akar rumput” partai.
Karakter Kepemimpinan
Karakter Armuji sebagai seorang politisi sangat lekat dengan citra tegas dan berani, terutama dalam konteks membela kepentingan rakyat kecil. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak sungkan turun langsung ke lapangan, bahkan tanpa protokoler, untuk melihat dan merasakan langsung persoalan masyarakat. Ketegasannya terlihat dari cara ia menyikapi berbagai persoalan sosial—baik itu penggusuran, pelayanan publik yang buruk, hingga perlakuan tidak adil terhadap buruh dan pekerja informal.
Armuji sering kali melakukan “sidak” atau inspeksi mendadak, dan gaya komunikasinya cenderung blak-blakan. Ia tidak ragu menegur petugas pemerintah, pengelola pasar, bahkan perusahaan swasta di depan publik jika dirasa merugikan masyarakat. Dalam kasus penahanan ijazah oleh perusahaan, misalnya, Armuji berdiri di barisan terdepan membela mantan karyawan dan menyampaikan secara terbuka bahwa praktik seperti itu adalah bentuk pelanggaran terhadap hak asasi pekerja. Meski mendapat tekanan dan bahkan dilaporkan secara hukum, Armuji tetap mempertahankan sikapnya dan menyatakan bahwa pembelaan terhadap rakyat tidak boleh dihentikan oleh rasa takut.
Sikapnya ini menegaskan bahwa ia bukan politisi yang hanya hadir saat kampanye, melainkan figur publik yang aktif menjaga jalannya keadilan sosial di tengah birokrasi yang kompleks. Banyak warga Surabaya menyebutnya sebagai “wakil rakyat sejati”, karena keberpihakan Armuji kepada wong cilik bukan sekadar retorika, tapi diwujudkan dalam tindakan nyata—baik yang populer maupun berisiko secara politis.
Reputasi dan Citra Publik
Armuji adalah sosok yang “dicintai dan dikritik” dalam waktu yang bersamaan. Ia:
Pernah dinobatkan sebagai “Man of The Year Surabaya 2021” oleh TIMES Indonesia.
Dianggap tokoh yang mampu menjembatani keluhan masyarakat ke kebijakan kota.
Namun juga dinilai terlalu “show off” dan membuat birokrasi terlihat emosional.
Masyarakat Surabaya mengenalnya bukan hanya dari jabatan, tapi juga dari gaya khasnya—sering berbaju batik, menyapa warga dengan logat Suroboyoan kental, dan tak ragu berdiskusi langsung di pinggir jalan.
Latar Belakang Pendidikan
- SD Praja Mukti 1 (1979)
- SMP Suryo Nugroho (1982)
- SMK Siang Surabaya (1985)
- S1 ITATS Surabaya (2001)
Organisasi
- Sekretaris DPC PDI Perjuangan Surabaya (2010–2015)
- Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya (2015–2019)
- Wakil Ketua Bidang Buruh DPD PDI Perjuangan Jawa Timur (2010–2015)
- Wakil Ketua Bidang Pariwisata DPD PDI Perjuangan Jawa Timur (2015–2020)
Armuji menyandang gelar Sarjana Teknik (S.T.), meskipun informasi detail mengenai institusi pendidikan dan jurusan yang diambil belum tersedia dalam sumber yang ada. Sebelum terjun ke dunia politik, ia bekerja sebagai penata desain interior di sebuah perusahaan kontraktor di Surabaya.
Timeline Karier Politik Cak Ji
1999 – 2003 : Anggota DPRD Kota Surabaya
Armuji mulai dikenal sebagai wakil rakyat dari PDI Perjuangan.
Fokus pada isu-isu pelayanan publik, perumahan rakyat, dan pengawasan APBD.
2003 – 2004 : Ketua DPRD Kota Surabaya (periode pertama)
Menjadi pimpinan dewan di usia relatif muda.
Perannya menonjol dalam menjaga stabilitas politik pasca reformasi di tingkat lokal.
2004 – 2014 : Anggota DPRD Surabaya 3 periode berturut-turut
Terpilih kembali dalam tiga pemilu berturut-turut.
Dikenal sebagai anggota dewan yang rajin turun ke lapangan dan memperjuangkan nasib warga di wilayah padat penduduk.
2014 – 2019 : Ketua DPRD Kota Surabaya (periode kedua)
Di periode inilah Armuji dianggap mencapai puncak pengaruh di legislatif.
Ia banyak menyoroti program Pemkot Surabaya yang dianggap tidak pro rakyat.
Sering berseberangan dengan Tri Rismaharini (saat itu Wali Kota Surabaya), namun juga bekerja sama dalam beberapa program strategis.
2019 – 2020 : Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur (DPRD Jatim)
Terpilih dari Dapil Surabaya dengan suara signifikan.
Menjadi anggota Komisi yang membidangi infrastruktur dan pembangunan wilayah.
Namun mengundurkan diri untuk maju dalam Pilkada Surabaya 2020.
2020 – 2021 : Calon Wakil Wali Kota Surabaya berpasangan dengan Eri Cahyadi
Diusung oleh PDI Perjuangan.
Pasangan ini memenangkan Pilkada Surabaya dengan slogan “Surabaya Berlanjut”.
2021 – 2024
Menjabat Wakil Wali Kota Surabaya
Mulai dikenal lebih luas sebagai wakil kepala daerah yang “turun langsung ke lapangan.”
Sering melakukan sidak dan menjadi corong publik terhadap isu sosial.
2024 – 2025 : Kampanye dan Kemenangan di Pilkada Surabaya 2024
Kembali mencalonkan diri bersama Eri Cahyadi.
Terpilih kembali untuk periode kedua sebagai Wakil Wali Kota Surabaya 2025–2030.
2025 – sekarang : Wakil Wali Kota Surabaya (periode kedua)
Masa jabatan berjalan dengan lebih banyak sorotan publik.
Terlibat dalam kasus penahanan ijazah yang dilaporkan ke polisi, tetapi tetap mendapat dukungan dari sebagian warga.
Kesimpulan
Armuji adalah cermin dari pemimpin lokal Indonesia masa kini: populis, komunikatif, aktif di media sosial, namun tak lepas dari kontroversi. Ia bukan sekadar pejabat, tapi aktivis dalam jabatan, yang melihat kekuasaan sebagai alat untuk membela wong cilik.
Perjalanan politiknya masih panjang, dan masa depan akan membuktikan:
Apakah gaya blak-blakan ini akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin masa depan, atau justru menjadi bumerang dalam dunia birokrasi yang menuntut kehati-hatian.