Pagi-pagi selain ngopi dan baca-baca berita, biasanya ngobrol atau sekadar bercanda dengan karyawan kebersihan di pabrik.
Saya suka mencandai dan memperkenalkan salah satunya sebagai manager kepada karyawan lain,”Kenalkan, ini manager kita yang baru!”
Biasanya cuma ditanggapi senyum-senyum. Tapi kali ini ditanggapi serius dengan seorang kepala bagian saat saya perkenalan. Dasar iseng.
Kepala bagian itu bilang,”Iya, Pak. Dia ini termasuk orang penting loh di pabrik. Kalau gak ada dia, WC pada kotor yang kerja pada kelabakan.”
Langsung saya menyambar,”Jadi bagian membersihkan WC itu juga dapat meningkatkan produktivitas kerja loh. Coba kalau WC-nya jorok yang kerja bisa pada mules dan gak mau ke WC. Kalau kerja sambil mules gimana nyaman, kan?”
“Makanya, walaupun kamu bagian membersihkan WC jangan berkenal hati. Karena kamu bagian orang penting juga,” kepala bagian ini menyemangati sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Tak lama muncul Bapak HRD, sekalian saya katakan,”Pak, dengar tuh. Bagian WC juga termasuk orang penting di pabrik, makanya kasih penghargaan dong buat dia.”
Pak HRD bingung dan bengong. Lalu,”Kalau gitu saya juga orang penting dong. Kalau gak ada saya gak dapat gaji.” Loh, memang HRD yang kasih gajinya? Boss kali!
*
SETIAP ORANG ITU PENTING
Sejatinya kalau pimpinan di perubahaan menganggap setiap karyawannya orang penting. Setiap karyawan pun akan menganggap dirinya orang penting, sehingga akan bekerja layaknya orang penting.
Kalau di dalam kehidupan, kita berprinsip semua orang itu penting dengan kapasitasnya masing-masing, maka kita akan dapat menghargai mereka.
Bukan hanya akan hormat kepada presiden, pimpinan atau boss dan mereka yang bertitel dan berpkedudukan. Kepada tukang sampah atau tukang sapu jalanan kita pun akan hormat. Karena mereka juga bagian orang penting dalam kehidupan.
*
KERENDAHAN HATI
Yang terpenting lagi, bila kita mampu menghargai dan mengharmati setiap orang sebagai orang penting, imbasnya kita pun akan diperlakukan sebagai orang penting.
Itulah sebabnya, saya tidak berkecil hati walau jadi tukang mematikan AC. Bagaimana tidak? Ketemu boss saya mengangguk. Ketemu staaff, saya juga mengangguk. Ketemu tukang kebun, saya pun mengangguk. Biar boss, statt atau tukang kebun, semuanya mengangguk juga pada saya.
Loh, kenapa ini yang baca pada ikutan mengangguk-angguk?!
Sebenarnya angguk bukan sembarang angguk. Perlu yang namanya kerendahan hati. Mengangguk dengan iringan kerendahan hati itu yang tak mudah. Karena antara gerakan fisik kita tidak selalu berbanding lurus dengan kelurusan hati.
Kita paham bahwa orang yang rendah hati akan ditinggikan. Lalu kenapa kita tidak belajar untuk menjadi orang yang rendah hati dengan hormat kepada orang lain sebagai bagian penting dari kehidupan?
@refleksihatidipagihari