Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menutup hampir 1.000 kantor cabang dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa jumlah Kantor Cabang Pembantu (KCP) BRI menurun dari 8.032 unit pada Desember 2021 menjadi 7.040 unit pada September 2024.
Alasan Penutupan Kantor Cabang
Penutupan hampir 1.000 kantor cabang BRI dalam beberapa tahun terakhir bukanlah keputusan mendadak, tetapi bagian dari strategi perusahaan dalam menghadapi perubahan lanskap perbankan. Berikut beberapa alasan utama di balik langkah ini:
1. Perubahan Perilaku Nasabah ke Arah Digital
Menurut Direktur Utama BRI, Sunarso, semakin banyak nasabah yang beralih ke layanan perbankan digital. Data menunjukkan bahwa transaksi digital di BRI terus meningkat, sementara transaksi yang dilakukan langsung di kantor cabang mengalami penurunan. Dengan semakin populernya BRImo (BRI Mobile Banking) dan layanan internet banking lainnya, kebutuhan akan kantor fisik menjadi berkurang.
2. Efisiensi Operasional
BRI menutup kantor cabang sebagai bagian dari upaya efisiensi. Dengan berkurangnya aktivitas transaksi di kantor cabang, perusahaan mengalokasikan sumber daya ke arah yang lebih produktif, seperti pengembangan teknologi finansial (fintech) dan peningkatan layanan digital.
3. Penguatan Jaringan Agen BRILink
Alih-alih hanya mengandalkan kantor cabang, BRI memperkuat jaringan Agen BRILink, yaitu layanan perbankan berbasis agen yang memungkinkan masyarakat melakukan transaksi di warung atau toko tanpa harus pergi ke bank. Saat ini, Agen BRILink telah tersebar luas, terutama di daerah pedesaan dan pelosok yang sulit dijangkau kantor cabang tradisional.
4. Dorongan dari Tren Industri Perbankan
Fenomena ini tidak hanya terjadi di BRI, tetapi juga di industri perbankan secara keseluruhan. Banyak bank lain, termasuk Bank Mandiri dan BCA, juga mulai mengurangi jumlah kantor fisik mereka demi fokus pada layanan digital.
5. Fokus pada Inklusi Keuangan
Meskipun menutup kantor cabang, BRI tetap berkomitmen dalam meningkatkan inklusi keuangan. Dengan mengalihkan layanan ke digital banking dan Agen BRILink, mereka justru berupaya menjangkau lebih banyak masyarakat, terutama yang sebelumnya belum memiliki akses ke layanan perbankan.
Menurut laporan keuangan terbaru BRI, strategi ini telah terbukti efektif, dengan peningkatan jumlah pengguna layanan digital serta pertumbuhan transaksi non-tunai yang signifikan.
Penutupan ini sejalan dengan perubahan perilaku nasabah yang semakin mengandalkan layanan perbankan digital. Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam inklusi keuangan. Selain itu, BRI memperkuat layanan melalui agen BRILink yang tersebar luas, sehingga layanan perbankan tetap dapat diakses oleh masyarakat meskipun tanpa kehadiran fisik kantor cabang.
Penjelasan Dirut Bank BRI
Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa penutupan sejumlah kantor cabang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan inklusi keuangan. Layanan yang sebelumnya disediakan oleh kantor cabang kini dialihkan kepada agen BRILink yang tersebar di berbagai lokasi, seperti warung dan toko. Langkah ini memungkinkan masyarakat untuk tetap mengakses layanan perbankan tanpa harus mengunjungi kantor cabang secara langsung.
Sunarso menambahkan bahwa dengan mengurangi jumlah kantor cabang, BRI dapat lebih fokus pada pengembangan layanan digital dan memperluas jaringan agen BRILink, sehingga layanan perbankan dapat menjangkau lebih banyak masyarakat, termasuk di daerah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Untuk penjelasan lebih lanjut dari Sunarso mengenai alasan penutupan kantor cabang dan pengembangan agen BRILink, Anda dapat menonton video berikut: