Belajar Dari Semut Dan Secangkir Kopi

semut-dan-secangkir-kopiAir panas mengepul.
Aroma kopi lampung dicampur gula merah ( ini kombinasi paling mantap ) saat diseduh pun mampu membangunkan ruh yang dipasung rasa kantuk. Mengepul dan tentu panas kan? Sengaja dibiarkan beberapa saat sebelum kopi tersebut pantas saji dan tidak bikin bibir atau lidah terbakar.
Menunggu, itu juga sebuah proses.
Cuci muka, siap siap membaca berita terkini dari tablet berukuran 8 inchi buatan cina yang terkenal dengan logo buah khas Kota Malang. Malas rasanya sekarang ini harus membolak balik halaman kertas. Tidak praktis dan kurang “go green” kesannya.
Tablet sudah ditangan, menuju beranda tempat dimana kopi ‘disesuaikan’ suhunya.
Geram.
Melihat kopi yang tampak nikmat ini sudah ramai dikerubuti oleh semut. Rasa pahit segarnya hanya bisa dibayangkan saja sekarang. Aromanya hanya tercium. Semut pun meraja lela, entah kenapa mereka butuh kopi?

Baca juga :  Ketika Passportku Hilang di Perth International Airport

Apa yang dilakukan?
Mengusir semut semut tersebut dengan mendekatkan cangkir kopi pada tungku masak, menggebrak sekaligus melakukan ‘penyiksaan’ terhadap beberapa semut yang tidak berdaya ini, spontan marah dan segera mengalirkan air keran sederas derasnya ke cangkir kopi bak air bah terhadap semut semut ini atau sengaja membiarkannya?

Memberi pelajaran pada semut, atau membiarkan mereka menikmati kopi tersebut? Yang tadinya merupakan hak anda?

semutTernyata, dari hanya secangkir kopi dan semut ini pun banyak pelajarannya. Tentang keikhlasan dan kebesaran hati. Untuk sekedar mengakui bahwa rencana tidak selalu berjalan sesuai keinginan salah satunya. Yang kemudian bisa di sikapi lagi dengan kebesaran hati membiarkan semut itu menikmati apa yang sudah kita siapkan.
Toh apa bedanya? Kita pun sudah tidak mungkin lagi menikmatinya kan? Ya biarkan itu menjadi rejeki mereka.
Balas dendam dengan menggelontor semut dengan air keran, memanaskan mereka juga tidak menghasilkan apa apa, selain kepuasan yang semu. Di luar itu sendiri, lupa bahwa meski semut terlihat sebagai mahluk yang amat lemah dibandingkan dengan manusia, jangan pernah lupa bahwa semut pun mahluk Tuhan.

Baca juga :  Mengamati Elektabilitas Jokowi

Dan saat seseorang telah ( berupaya) menjamin nasib dari mahluk Tuhan yang lainnya, yakinlah, bahwa semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak ada sesuatu yang kebetulan di kehidupan kita.

Termasuk pelajaran mengenai semut dan secangkir kopi.

Responses (10)

  1. Iya,Mas Admin. Saat kita merasa ‘besar’, padahal sebetulnya ‘kecil’. 🙂 Salam,

  2. Dan tahukah Anda,
    saya melakukannya dengan spektakuler
    Saya minum keduanya…
    Telah lama saya lakukan itu 😀
    Win Win Solution

  3. pelajaran yg berharga ini saya kira, kapan2 kita ngopi bareng semut ya Mashttp://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_cool.gif

  4. Sekedar berbagi tentang menerima dan memberi,Pak Tjipta 🙂 Terimakasih dan Salam,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *