Apa yang kita harapkan ketika menceritakan masalah yang sedang kita hadapi? Yang kita butuhkan adalah rasa empati atau simpati.
Pada saat demikian kita butuh perhatian dan dimaklumi. Bukan dimarahi atau malah dihina.
MENGAPA MENAMBAH BEBAN PADA MEREKA YANG SEDANG BERBEBAN?
Kenyataannya, walau tidak semua, tapi umumnya ketika ada yang menceritakan kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi kita malah menyalahkan atau memarahi. Ini tentu semakin menambah beban dan melukai perasaan.
Ketika kita ditipu dan menceritakan kepada teman. Apa hasilnya? Eh, sudah kehilangan uang, malah dibilang bodoh lagi.
Sudah putus cinta dikadali seorang lelaki, malah dibilang salah sendiri.
Sudah tak punya uang, mau pinjam karena ada kebutuhan mendesak, bukannya dikasih yang ada malah hinaan.
Semua ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga lalu diinjak-injak lagi. Apes nian.
PERHATIAN DAN EMPATI
Sejatinya seseorang yang sedang kacau perasaannya dan mengalami masalah hidup yang dibutuhkan adalah perhatian dan pemakluman untuk menenangkan hatinya.
Dalam keadaan jiwa yang sedang lemah, perlu topangan dan kata-kata menyejukkan. Rangkulan yang memberikan kekuatan. Ucapan yang membangkitkan harapan.
Manusia memiliki perasaan, dalam keadaan kesusahan hati, maka yang dibutuhkan adalah rasa empati.
Ada baiknya, bila kita tak bisa melakukan hal di atas, diam adalah pilihan supaya tidak membuat perasaan semakin terluka dan tenggelam dalam rasa perih.
AFIRMASI:
Ya Tuhan Yang Maha Mengasihi, berikanlah hati yang selalu berempati kepadaku, agar aku dapat berempati saudaraku yang sedang berbeban dan dalam masalah. Bukan justru menjadi orang yang menambah masalah bagi mereka.
Bila kita tidak bisa meringankan beban orang ,jangan menambah. Bila tidak bisa menghibur,jangan menyedihkan,bila tidak bisa memberi,jangan mengambil,,Tulisan yang menginspirasi pak Kate
jaman sekarang, empati semakin mahal. melalui tulisan ini, mg2 banyak yg tergugah…
@Paktjipta, terima kasih sudah berempati atas tulisan ini
salaman
@MbakAyu, semoga demikian, dan itu adalah harapan kita