Bisa Tapi Ogah

Can-but-won't-1600-1200
foto www.wallpaperist.com

Suatu ketika, sahabat saya memasang poster status seperti tersebut diatas. Terkait dengan nasihat yang saya berikan padanya agar tidak berbuat sesuatu yang nantinya disesali. Sebagai orang yang memberikan nasihat tentu sangat kesal membaca status yang ia sampaikan. Seolah ingin mengatakan “gue bisa, tapi gue ogah! lu mau apa??”

Saya renungkan, betapa banyak momen “bisa tapi ogah” yang kita alami dalam hidup kita. Seharusnya bisa menjadi juara di kelas tapi ogah, jadi tidak perlu rajin belajar. Seharusnya bisa menjadi pemimpin yang baik, tapi ogah repot, jadi berlaku pasif saja. Seharusnya bisa menjadi orang yang menyenangkan, tapi ogah, buat apa nambah banyak teman nggak ada guna. Seharusnya bisa menjadi orang yang lebih baik, tapi ogah, begini saja adanya sudah puas.

Wow,…banyak sekali momen kesuksesan atau keberhasilan yang kita lewati karena kita “ogah” dan mungkin “ogah – ogahan” melakukan sesuatu. Ogah ini juga mengingatkan saya pada Pak Ogah jaman film Unyil dulu, yang ogah melakukan apapun juga kalo engga “cepeeeek duluuuu,…” alias dikasi duit. Ogah alasannya macam – macam, terbanyak pada porsi malas, yang kedua cari gampang dan yang ketiga memang sifat yang acuh.

Baca juga :  Sinyal Radio dari Bintang Jauh Menunjukkan Planet Tersembunyi

Malas, okay! Tapi pikirkan ketika sebuah pusara menyapa kita? Itu bukan lagi malas, tapi memang sudah tidak eksis lagi dimuka bumi. Apakah kita akan malas hingga berwujud pusara? Alangkah sia – sianya. Ogah karena cari gampang, ya memang gampang itu enak. Tapi pikirkan naluri bayi yang baru lahir, merangkak dan belajar berjalan. Itu naluri dasar manusia untuk maju dan terus berusaha. Bayangkan jika bayi sudah langsung berpendapat “malas akh, belajar jalan…” Yang terakhir sifat acuh. Ya ampun, acuh mungkin keren jaman masih remaja, bikin kesan dingin – dingin cool gimana gituwww…. Tapi bayangkan dalam dunia orang dewasa jika melakukan pekerjaan atau proyek dan ketemunya dengan orang acuh?? Waduh, jambak rambut ya…Cape!

Baca juga :  Kabar - kabari lho,...

Bisa tapi ogah, boleh saja dalam artian choose your own battle. Sebagai contoh, saya bisa menjadi akuntan karena latar belakang pendidikan saya adalah bidang tersebut. Tapi saya ogah melakukannya karena I choose my own battle, saya memilih sendiri medan perang saya. Saya merasa tidak sreg, tidak suka bekerja di bidang akunting, sekalipun saya menghabiskan waktu untuk mempelajarinya. Menjadi seorang akuntan tidak membuat saya merasa istimewa. Dan melihat kebelakang, bidang akunting itu adalah bidang yang dipilihkan ibu ketika saya remaja, sebenarnya saya ingin mempelajari bidang lain. Kini setelah dewasa, saya memilih bidang yang saya suka dan coba untuk menekuninya. Sekalipun banyak yang heran, dalam hal ini saya akan menjawab I CAN BUT I WON’T.

Responses (2)

  1. Iya nih ci, dulu waktu muda sebenarnya saya bisa jadi orang kaya karena ada peluang, tapi itu dulu prinsipnya ogah kaya, maunya jujur dan sederhana aja…eh sekarang malah pengen kaya tapi malah belum ada peluang…ada sesal ada gaknya hehehe

    1. hehehe..kalau percaya sih..suatu hari pasti jadi kaya, minimal kaya secara spiritual karena pengalaman hidup..http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_yes.gif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *