Bukan tahun baru, dia itu statis. Tak berubah, baik ya baik, buruk ya buruk. Tahun baru itu peradaban klasika-moderen-neo moderen hingga bumi hancur.
Tahun telah berganti walau sesungguhnya tak berganti, itu hanyalah karang-karangan manusia, reka-reka, ‘magis-magis’, buatan-buatan, kesepakatan-kesepakatan manusia, yang terdahulu. Yang menemukan penamaan tahun, masehi atau non masehi, pra ata pasca, hijriah, imlek dan rupa-rupa peringatan tahun baru lainnya. Ingat: Peringatan tahun baru! Bukan perayaan!.
Khotbah di atas disampai-jelaskan oleh Bang Harry, seorang pengusaha muda yang benar-benar sukses. Sukses fisik, sukses ekonomi dan sukses pula penjernihan hati, pembersihan batin dan penjagaan stamina ruhaniah. Soal kembang api (Cina), make Celana Dalam kuning (Argentina). Itu sudah lama dilakukan, beratus tahun lalu. Kembang apinya berlanjut sampai kini. celana dalam kuningnya, tak tahu lagi apa ia masih bertradisi atau gak.
Simbol api adalah kegairahan untuk hidup lebih berapi-api, tak lemas hanya karena diceraikan harta, tak rapuh hanya karena ditinggal suami atau istri, tak menangis saat harus melambaikan tangan kepada pangkat-jabatan-kedirian-kedudukan.
Itu konten dan sub-sub peringatan tahun baru, bukan perayaan. Tahun baru benar-benar hanya wadah pengumpul, wahana ummat, media hamba-hamba, alat interkasi dunia, channel humanisasi-dehumanisasi, kanal hidup-mati, dalam semalam. Ternoda atau tak ternodanya tahun baru, tak soal untuk itu. Hanya pengingat saja bahwa saat tahun baru menyapa: “Apa yang kamu lakukan?”. Mengingat Tuhan? Atau diperingatkan Tuhan bahwa: “Hei, Si Fulan, kemarin Si Anu mati, Si Anu sakit dan koma”.
Tahun baru tiada akan berubah, kitalah yang berubah. Itupun jika engkau mau; dengan keberaniaan yang sungguh luar biasa di kehidupan yang kian ketat ini…^^^