Hanya orang-orang berhati cantik, yang bisa mempercantik taman ini, dengan jemari cintanya, ia tata sedemikian cantik bunga-bunga itu, kembang-kekbang sepatu yang bergerak-gerak ringan, diantarkan oleh angin sepoi dengan frasa similir bahasa cinta, aksara panah asmara dan hirupan indahnya dunia ini, plus dahan-dahannya kian indah, tak kokoh tapi ada romantisme pandangan di mataku, matamu dan mata semua orang.
“Jadi pembuat taman itu berhati lembut? Lha saya sering lihat mereka tak halus-halus ucapannya. Bagaimana mungkin ucapan kasar lahir dari hati lembut?”, protes seorang peserta dalam diskusi soal hubungan kejiwaan dan taman, relasi jiwa dengan puspa, intekonesitas antara perasaan dan kembang-kembang, tata-tataan, cocok-mencocokkan situasi batrin dengan sikon alam, matahari, tanah, air dan konstruksi.
“Tidak juga, sebab pembuat taman itu hanyalah keahlian, skill, dan itu pesanan. Yang memesan itulah yang lembut hati, indah jiwanya”, jawan pemateri diskusi itu.
“Jadi Anda menuding bahwa setiap yang menyukai keindahan, entah taman atau seni lainnya berhati lembut?”
“Iya. Pasti orangnya lembut, baik, penyayang, pengasih”
“Lalu mengapa banyak yang hobi keindahan, toh berkasar-kasaran mulutnya?”, protesnya lagi
“Sebab, ia bukan pencinta keindahan sesungguhnya. Semoga engkau paham ucapanku ini!”
Sang pemrotes diam, dan kembali ke kursinya, pensive dan merenungi dirinya sebab ia adalah seorang penyuka keindahan, suka puitik, berkesenian, perupa dan membumbung karya dari jemarinya atas nama keindahan, kecantikan dan kemolekan. Ia sedih karena karyanya yang ayu tak se-ayu hatinya^^^
alihh propesi jadi tukang kebon, Bang?? :Peace:
Gimana dengan tukang bunga ya? Dia merangkai bunga juga indah lho…