Dearest God, Dear Anita Godjali

anita deh

HARUKU, memantik se-isi qalbu, usai menyatroni artikel: ANITA GODJALI. Mengisahkan seorang Ketiker, ber-asma Muhammad Armand. Kutampar separuh keras dinding kamarku, mengais kata: “Ini tak boleh terjadi…!”. Aku rayu diriku dengan sekuat energi, aku harus di luar, di luar dari apa yang dituturkan Anita Godjali. Aku tak boleh infilmik, tak boleh jua berada di bilik kisah itu.

Aku telah melarang keras diriku, aku sepenuhnya berdaulat, sepenuh-penuhnya -hanya- seorang pembaca akan sketsa seorang Armand di tuturan itu. Kelewat hati-hati aku menapaki tulisan ‘honoral’ itu, teramat awas, pulalah kelewat apresiatif. Jelas dan pasti, segala di sana adalah symphoni sanjungan, diliriki dengan aksara indah, artikulasinya amatlah memukau.

“Kusadar Kebesaran-Mu, Tuhan”. Lirik ini, mengimbangi kosmos psikisku, jiwaku. Agar tiada melena. Lantas, bermeditasi singkat, lima menitan. Oh Tuhan, hanya Engkau yang pantas dipuja-puji. Engkau itu adalah Zat yang tak pernah ‘ikhlas’, sebab Engkau berharap puja-puji dari ciptaan-ciptaanMu, yah manusia, ya burung-burung, ya rerumputan, bebatuan. Seluruhnya, wajib memujiMu. Engkau Yang Maha Berhak.

Jika aku menerima pujian dari sesamaku, sungguh Tuhan, bukan kusebut pujian, tetapi itu raungan terima kasihku padaMu atas apa yang telah Engkau berikan padaku. Aku tiada akan lupa atas jemari yang elastis ini, dialah yang bekerja di atas tombol-tombol, atas apa yang ada di ulkus otakku, di lekuk-lekuk batinku. Aku ini cumalah efek, cumalah akibat.

Berikutnya, Anita yang Engkau utus, menuliskan kisahku, itu takdirnya. Bahwa aku yang terkisahkan, pun suratanku. Bolehkah aku meminta Tuhan -duh banyak banget pintaku ya Tuhan- aku kangeni mereka, rindui agar mereka adalah bagian perjalanan karierku. Itu sejarah. Kurengkuhi mereka, bukan kuselingkuhi Tuhan. Boleh hamba tertawa Tuhan? He he he he he.

Begini Tuhan, sepertinya aku memang terlahir untuk menulis. Namun, ada yang mereka wajib temukenali, bahwa aku menulis seikhlas-ikhlasnya. Ikhlas itulah rejeki dan nikmat tiada tanding, tiada banding. Lagian, segala ini kan titipanMu Tuhan, raga-jiwa ini, Engkau pinjamkan padaku. Bilamanalah, aku disebut eksentrik, yah aku pengen Engkau menyebutku sebagai hamba yang tahu diri, merawat, memoles dan memperindah segala apa yang Engkau pinjamkan padaku. Jika tiba saatnya, Engkau mengambilnya, aku ingin pinjaman ini lebih bagus dari semula.

Sebab Engkau Pemilik Keindahan, Engkau pasti tahu akan visiku, bahwa setiap huruf, tanda baca, setiapnya adalah ibadah buatku. Rahasia lain yang harus terungkap bahwa kata-kata yang berderet, itu kupetik di ruas-ruas indah Al-Kitab, Al-Qur’an, dan kita suci lainnya.

Akh, hamba juga menuliskan ini atas kuasa-Mu, pun hamba pungkaskan terima kasihku kepada seorang wanita rupawan bernama Anita Godjali, yang telah memusatkan pikirannya, sukmanya, pun lentik jari-jarinya, ber-dancing di atas keyboard. Toh ciptaan-Mu juga, toh juga kuasa-Mu, izin-Mu, perkenan-MU. Manalah mungkin sesuatu terjadi tanpa-Mu, manalah mungkin daun-daun kering itu, terjatuh dan memeluk bumi tanpa hendak-Mu.

Ehem–ehemku pada-Mu, Tuhan

 

Respon (17)

  1. heemmmm…gini lho kalo orang berjiwa besar…selalu merendah…
    boleh salaman ya mas Armand… :shakehand2

  2. Anita Gojsli…ee Godjali… hmm rasanya pernah dengar nama ini… .Wah,,,,hmmm..tapi menurut saya wajarlah Pak Dosen idola dikagumi ..saya saja kakek kakek sejak awal mengagumi pria perkasa yang namanya Mohammad Armand ini… heheh salam hangat ya saudaraku…

    1. Iya Pak Tjip…saat itu pernah bertemu di sebuah acara di Jalan Mahakam dan Pak Thamrin Sonata memperkenalkan saya Ke Pak Tjiptadinata beserta Ibu. Kesempatan yang tentunya tidak pernah saya lupakan dan terima kasih.

  3. hemmmmmmm
    Makasih Bang dan Mbak Ayu
    Sori telat balas komenGnya
    gak tau nih KK
    sepi komeng
    😀

  4. aku melihat sebuah keindahan pada sisi dunia
    dimana kumbang berkirim salam untuk kupu-kupu
    kala lengkung pelangi menyambung dua bahasa
    disaat pucuk daun cemara menyapa lembut bayu

    bumi tlah merubah wujud bagai didalam surga
    ketika untaian kata terangkai penuh pesona
    melukis gurat kreasi diantara dua pujangga
    memahat lembar prasasti seabadi maha karya

    kutemukan makna sejati persahabatan dua insan
    yang mempu menembus batas ruang dan kesempatan
    tak kan lekang walau terkikis pusaran jaman
    tak kan hilang sampai terhenti nafas kehidupan

    setangkup nada mengurai lagu cantik
    terselip disela halaman ketikketik..

    .o0o.

    dedicated to Armand and Anita http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

  5. Emang dasar penulis ya, dipuji sedikit aja langsung keluar tulisan panjang lebar, padahal kalau ada yang memuji cukup , bilang: TERIMA KASIH ATAS KARUNIA TUHAN

  6. “Gokil bener kan?”, saya gak nyangka pembalasan Bung Armand lebih dahsyat…hahaha…. Sayangnya, banjir di Jkt telah menyebabkan saya tak bisa mengakses KK sejak 5 hari yll, hingga saya telat membaca. Terima kasih banyak Bung Armand, saya percaya setiap hari akan lahir karunia Tuhan melalui tangan Anda.http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

  7. wouwwwwoooo…ada apakah gerangaaan?? #clingukan#…owh persahabatan manis antara bang dosen dan mba anita cantik… wonderfullll.. ikuttt donggg..persahabatan bagaaiii kempommpongggg..merubah ulat mjd kupu-kupuu…http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_mail.gif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *