
“Boleh duduk disini?” Tanya tiba- tiba seorang padaku.
Aku mendongak dan mendapati seorang pemuda berdiri dihadapanku. Ia menatapku. Aku mengernyitkan dahi. Ia pun menunjuk kursi di depanku.
“Oh”, kataku dan refleks mengangguk. Tak lama kuteruskan membaca buku.
Entah mengapa aku merasakan pemuda ini tak lepas memandangku. Aku pun menghentikan bacaan, dan memandangnya. Tepat yang kuduga ia sedang memandangku.
“Kenapa lihat- lihat? Ada yang salah?” Tanyaku sambil memperhatikan pakaian yang kupakai.
Ia tersenyum. Manis, batinku. “Nggak apa- apa, lo suka baca novel Agatha christie?” Tanyanya.
Aku melirik buku yang kubaca, “Ya begitulah” Jawabku singkat.
“Gue juga suka, berarti kita sehati dong.”
“Hah”, aku bengong menatapnya. Nggak salah dengar nih dengan kata sehati.
“Jarang loh lihat cewek suka novel misteri gitu, nggak takut gitu?”
Aku menggeleng.
“Ya ampun, kamu pasti cewek keren deh.” Ucapnya lagi.
Lagi- lagi aku memandangnya heran. Berisik banget nih cowok.
“ Sendirian aja?”
“Lah memang sekarang kamu lihatnya gimana!”
Ia nyengir. “ Iya ya”
“Gue Dion, Kelas sebelas!” katanya seraya menyodorkan tangan nya padaku.
“Via.” Sahutku singkat.
“Kelas? “
Aku menggeleng.
“Oh berarti lo anak baru ya? Atau lagi lagi maen?”
Aku menatapnya. Sepertinya ia salah kira.
“Eh emang kamu dari sekolah mana?”. “Eh lo tuh imut deh, dari tadi gue perhatiin lo duduk sendiri di kantin jadi gue beraniin nyapa lo deh. ”Ya ampun ni bocah polos apa jujur sih. Eh yang pasti berisik banget.
Aku menghela nafas. “Kamu ngirain aku anak SMA kayak kamu yaaa?”
Ia mengangguk mantap.
“Kamu tuh…….”
“Diooooonnnnn, apa yang kamu lakukan di kantin? Bukannya ini masih jam belajar” sapa seseorang yang kini tepat berdiri didepan meja kami. Aku ndongak dan menatap orang tersebut. Fiuh, akhirnyaaa senyumku.
Kulihat Dion nyengir dan segera berdiri dari tempat duduknya. “Eh Ibu Kiran, nggak papa Bu Cuma perkenalan sama tamu bu?” ucapnya santai.
“Tamu?”
Dion mengangguk dan menunjukku. “Ini bu, Via namanya. Eh, Tadi kamu dari sekolah mana?”
Aku ternganga dan menatapnya tak mengerti. Sial…
“Dion Dewa Anggara, sekarang kamu masuk ke kelas? Nggak usah tebar pesona! Atau kamu mau ibu hukum bersihkan Toilet belakang!” Ucap ibu guru Kiran tegas.
“ Tapi kan bu??” kudengar nada protes pada Dion
“Oh iya satu lagi, Via yang kamu pikir anak SMA ini sahabat saya. Yang usianya delapan tahun diatas kamu. Jadi nggak usah tepe-tepe!”
Kulirik Dion ternganga tak percaya. Aku tersenyum. Itu yang dari tadi mau kubilang,,,
“Ah, ibu bohong? Kok imut banget? Adik ibu kalii bu?” protes Dion tak percaya.
“Astaga Dion, lebih baik kamu segera kembali ke kelas atau….!” Ucap Kiran galak.
“Eh iya iya bu.” Dion pun segera berlalu.
“Susahnya punya teman wajahnya baby face!” ucap Kiran protes sambil menarik kursi dihadapanku. Aku tergelak.
“Gila murid gue aja sampe nasir lo, duh ya tinggal pakein baju SMA lepas tu kacamata aslii lo jadi murid gue dah. Mana gaya lo ngejeans lagi, cocok dah.” Cerocos Kiran
Aku tertawa. Bukan sekali dua kali aku dianggap lebih muda dari usiaku yang sebenarnya. Tapi apa mau dikata sudah nasibku, yang wajib disyukuri bukan?
“Terus lo ngapain nyuruh gue ke…”
“ Eh, mbak Via bagi nomer HP donk! Nggak papa deh lebih tua, imut ini. ” Mendadak Dion sudah berada di depan kami lagi. Gerrr….. ni bocah.
(ISL)
BDG, 8 DEC 2013
daun muda ya gitu itu..

menarik cerpennya mbak
hhehheheheh breketek brondonk
😉
Admin : tengkyu sangatt! *suka deh admin komen, ;-)*
min, post via mobile gmana? Masih bingung 🙁
pake android kan ?
bisa kok, bung Kate juga biasa pake versi mobile
bingung dimananya?
udah bisa login belum ?