Pagi ini seorang teman menulis status demikian, “Tahun 2015 kita ke Paris yuuuuk?” Saya pikir kok, dananya tumbuh di pohon atau gimana? Gampang banget ngajak orang lain jalan – jalan liburan ke Paris? Usut punya usut ternyata propaganda terselubung dari sebuah multi level marketing, yang saya sendiri pernah tertarik dan ikut. Kemudian seorang kawannya dibawah mengomentari, “Saya juga mau pasang foto kota Paris dalam buku dream book saya akh, agar kesampaian plesir kesana….”
Dalam memotivasi orang, biasanya MLM atau yang sejenis akan mengajak member membuat dream book atau buku impian. Di dream book atau buku impian itu kita boleh memajang apa saja yang menjadi impian kita. Bisa rumah mewah, liburan ke bulan, kencan dengan Brad Pitt atau jalan – jalan ke menara Eiffel. Pokoknya apa saja, yang menjadi hasrat hati. Lalu buku dream book itu menjadi semacam ‘UMPAN’ agar kita terus bersemangat dan menjalan aneka kaidah MLM. Tapi sebenarnya kalau mau jujur harus dibuat prosentase, berapa member MLM tersebut dan berapa persen yang mencapai keberhasilan??
Membuat dream book mengingatkan saya akan kuda penarik delman. Kuda itu matanya ditutup, dikenakan kacamata kuda dan didepan hidungnya bisa jadi dikasi ‘Umpan” oleh sang kusir berupa seikat rumput segar. Tetapi rumputnya digantung menggunakan semacam pancing, satu depa didepan hidung si kuda. Ya, sampai kiamat juga nggak akan tercicip rumput segar itu. Sampai ditujuan, barangkali si kusir akan memberi makan si kuda dari rumput yang tadi dijadikannya umpan dan kini sudah sedikit mengering sambil mengelus – elus punggung kuda. Atau bayangkan ada lomba memanjat tebing curam hingga ke puncak, lalu ada puluhan bahkan ratusan orang yang berlomba memanjat tebing. Yuhuuu,…memanjat tebing memangnya mudah? Sudah pasti sulit! Pasti banyak yang jatuh bergelimpangan dan mati. Berapa persen yang sampai ke puncaknya? Itulah,… hati – hati dengan dream book berwujud materi.
Kadang, beberapa kawan mendekati kita. Lalu membujuk, “Kamu mau nggak kuajak kerja sama? Kita bikin proposal bisnis bersama?” Ya, ujung – ujungnya lalu membuat rantai relasi dan rekomendasi, seluruh orang yang kita kenal bersama akan dijadikan ‘prospek’. Orang – orang yang bisa dikasi ‘Umpan’ agar bercita – cita sampai ke Paris itu. Waktu, biaya dan berbagai produk harus dibeli. Saya sih tidak menentang MLM, wong saya sendiri memakai beberapa produknya yang saya rasa cocok dan berguna. Yang saya kurang suka adalah mengorbankan relasi atau hubungan baik, demi ‘menjalankan bisnis ini.’ Baik, akrab dan nempel karena ada maunya. Ya itu tadi, menawarkan bisnis berantai untuk diikuti. Bukankah kebaikan yang setulusnya dari hati? Saya tidak tahu jika baik harus menggunakan kalkulator untung dan rugi. Apakah iya, bukan hanya hewan, manusia juga harus jadi pemangsa manusia lain?
Kisah ini benar, karena setidaknya saya pribadi sudah ketemu banyak orang yang berlaku demikian terhadap saya. Baik banget, seolah perhatian dan ingin menolong. Ujung – ujungnya adalah predator yang hanya berniat mencapai target. Tidak perduli bahwa pertemanan dikorbankan demi kepentingannya sendiri. Mengatakan bahwa dalam sekian tahun nilai investasi akan tercapai sekian. Sekian tahun berlalu, investasi balik modal saja sudah untung! Sebel, iyalah. Tapi nggak usah lama – lama sebelnya, nanti saya berubah menjadi calon arang. Selalu ada produk yang benar – benar baik dan bermanfaat kok! Dan selalu ada teman yang tidak memiliki pamrih di dalam berteman. Pilihlah mereka. Menawarkan produk atau ‘rantai bisnis’ sangat boleh. Tapi ingat resiko kehilangan teman, kerabat dan handai taulan jika mereka kecewa. At the end, Anda tak memiliki apa – apa kecuali dream book Anda sendiri.
Kalau dipikirkan menyedihkan juga ya demi ambisi tinggi harus mengorbankan perasaan atau hubungan baik
hyaaa… apa iya harus seperti itu?