Esai KetikKetik Berbuku, Apa Kubilang!

Aku meneliti tiga orang gila di RS Dadi, Makassar. Tiga-tiganya emang gila. Kusuka ekspresinya, seperti orang normal. Kayak aku inilah. Walau udah gila-gila seper empat. Efek lingkungan memang begitu. So jangan heran-heran amat kalau suster, dokter, paramedis lainnya agak miring-miring juga perilakunya, bahasa, sikap dan aura-aura tingkahnya. Sekali lagi, itu efek temporer, merangsang sistem saraf dan menstimulasi ruang jiwa.

Orang gila ke satu berkata: “Itu tahi sapi”.

Orang gila kedua bilang: “Bukan!”

Orang ketiga berujar: “Ah itu pasti tahi sapi”

Dan orang gila yang ngotot, lalu ia julurkan telunjuknya, menyentuh faeces sapi itu. Dan dia sendiri yang ngaku-ngaku: “Nah, dari tadi kan aku bilang ini tahi sapi. Kamu gak percaya sih”.

Orang gila itu unik, lebih percaya aksi dan tindakan, bukan omongan. Apa kubilang!. Itu resep kalimat ampuh dari seluruh orang gila di dunia. What I’ve said!.

Dan, akulah salah seorang dari Si Gila itu, si gila yang ke empat, suka bereksperimen, tak percaya kata-kata sepenuh-penuhnya. Amazing, kumpulan esaiku di sini, segera diterbitkan. Ini ide gila-gilaan. Tapi aku mau bilang: Apa Kubilang! Terbukti bukan?.

Dan kuajaklah member KetikKetik, sempat ada yang mau nitip kumpulan tulisannya dijadikan buku. Tapi keknya gak ada yang mau. Mereka mikir dan mikir, eh  mungkin belum PD aja kali yah. Jangan sampai nanti, kamu tak sempat berkata: Apa Kubilang! Karena dunia ini, kamu gak percaya bahwa orang-orang sukses milik orang gila, bukan orang normal. Orang normal ogah perubahan hidup, status quo. Hidup ini memang spektakuler, bagi yang menyelaminya. Besok-besok KetikKetik berjaya, maka aku pasti berkata lagi: Apa Kubilang!. Aku bilang apa juga! Kamu sih gak pernah yakin kalau sebutir telur ayam itu, dapat berdiri tegak. Caranya? Hanya kamu yang tahu. Percayalah….!!!