Fiksi  

Facebook Kosong

fb-depressed1

Rasa suka dan sedih bercampur di kalbu.

Satu jam yang lalu, aku berpamitan dengan tunanganku Deniza Nur Rohmah. Perpisahan sementara. Karena aku harus melanjutkan studi ke Australia.

Deniza.

Hampir enam tahun lebih, aku mengejarnya. Berbagai penolakan yang kuterima darinya tak membuatku mundur atau patah semangat. Ini mungkin  sudah sifat yang ditakdirkan untukku bahwa hatiku hanya bisa tertaut ke satu wanita saja dan juga hanya bisa memuat satu nama. Dan mataku juga hanya bisa melihat ke satu sosok saja. Meskipun banyak wanita yang kecantikannya melebihi Deniza, itu kata teman-temanku, tapi bagiku, tetap dialah yang tercantik di antara mereka.

Mengenang masa-masa pedekateku ke Deniza, kadang aku tersenyum sendiri. Dari nembak secara langsung ke Deniza di depan guru yang membuatku kena ganjaran bersihin wc dan lari 10 x lapangan basket. Sampai yang paling konyol, ngamen di rumahnya yang membuat dia bungkam selama satu bulan lebih. Dan menganggap aku seperti hantu alias tak tampak meski aku berada tepat di depan hidungnya.

Sejenak kukeluarkan hp dan meluncur ke fb.

Kuketik pesan di wallnya yang bernama Deniza Salim. Ini gabungan namaku dan namanya. Jika dibalik, maka akan menjadi nama akun fbku.

Salim Deniza-Deniza Salim

Baru sebentar aku meninggalkan Indonesia, tapi serasa lama waktu berjalan. Entah apa aku sanggup menghabiskan waktu dua tahun di sana jika tanpamu.

suka  .  comentar  .  bagikan   2 menit yang lalu

Deniza Salim: J……Deniza juga Mas Salim. Waktu seperti merayap. Jangan lupa jaga kesehatan Mas Salim di negeri seberang.

Ciplukankecil: aduh…..dua sejoli ini bikin ati iri, seandainya Bang Wawan seromantis itu……pasti tak akan kuputusin.

Wawaneger: apa pluk????nggak salah tuh????

Ciplukankecil: emang masalah buat loeh???

Wawaneger: ya masalah pluk, harga diri gue sebagai laki-laki merasa diinjak-injak.

Ciplukankecil: emang loe punya harga diri???

Bima Saputra: Woooiiii…..ribut melulu……..

Ciplukankecil: aw…..ada pak Bima, aku ngilang dulu Deniza sayang….:)

Baca juga :  Hamparan Hijau

Deniza Salim: :)

Begitulah, komunikasi kami selalu melalui fb. Ini kesepakatan kami berdua, selain menghemat biaya, kami bisa sekaligus ngobrol bareng teman-teman sekolah kami dulu. Setiap hari di jam-jam kosongku, aku selalu sempatkan mengirim kabar ke Deniza dan begitu pula sebaliknya.

09.34 am

PRRAAAAANNGGG……

Gelas kopiku jatuh dari atas meja.

Ada apakah gerangan???? Firasat mengatakan ada sesuatu yang telah terjadi. Kucoba menelepon nomor Deniza karena ini adalah situasi darurat.

tut……tut…..tut……

“Ayo, angkat Deniza.” Kataku seperti orang kebingungan.

Berkali-kali nomor Deniza dihubungi, tapi tak ada yang mengangkat.

Frustasi.

Aku menghubungi semua nomor teman dekat Deniza, tapi urung karena aku tahu Winda teman dekat Deniza sedang kuliah di luar kota. Akhirnya, aku buka fb dan mengirim pesan ke wallnya.

Salim Deniza-Deniza Salim

Deniza…

suka .  comentar  .  bagikan  3 menit yang lalu

Tak ada yang menjawab.

Seperempat jam.

Setengah jam.

Satu jam.

Belum juga ada balasan.

Seharian aku menanti jawabannya, tapi belum juga ada. Bahkan teman-teman sekolahku juga tak ada yang online. Heran. Yang online kebanyakan adalah teman-teman dunia maya yang aku belum tahu orangnya seperti apa, jadi tak mungkin mereka tahu keadaan Deniza.

Jawaban itu muncul keesokan harinya.

Salim Deniza-Deniza Salim

Deniza…

suka comentar

Deniza-Salim: ada apa mas????

Salim-Deniza:tak apa-apa, hanya kangen saja. Baik-baik saja kan?

Deniza-Salim: iya…..^^

Jawaban dari Deniza membuatku lega. Frustasiku hilang seketika. Selama sisa hari berikutnya, aku masih sering mengirim pesan ke wallnya. Cuma sekarang si Ciplukankecil atau Wawan atau temanku  yang lainnya jarang singgah untuk berkomentar, meski tebaran jempol mereka ada di setiap kirimanku ke Deniza. Mungkin mereka disibukkan dengan tetek bengek tugas kuliah yang seabrek-abrek, pikirku.

Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Kepulanganku ke Indonesia.

Senyum tak henti-hentinya menghiasi wajahku. Sengaja tak kuberitahu Deniza karena ini sebagai kejutan untuknya. Bahkan aku sudah membayangkan ingin menikah dengan Deniza memakai adat Jawa saja. Sesampai di Indonesia, aku langsung meluncur ke rumah Deniza.

Baca juga :  Perasaanku

“Assalamu’alaikum.” Seruku di depan rumah Deniza.

“Wa’alaikumussalam.” Jawab Ibu Deniza dan Nurul (adik Deniza) serempak. “Eh, Nak Salim. Masuk…..masuk nak dan silakan duduk.” Kata Ibu.

Aku sungkem ke Ibu dan bersalaman dengan Nurul sembari duduk di hadapan beliau.

“Bagaimana kabarnya Nak Salim?” Tanya Ibu.

“Alhamdulillah, sehat Bu. Ibu sendiri bagaimana keadaannya???” Tanya Salim.

“Alhamdulillah, ibu dan keluarga di sini juga sehat Nak.” Jawab Ibu.

“Deniza mana Bu?”Tanyaku.

Seketika wajah Ibu dan Nurul diliputi kesedihan.

“Nak. Tabahkan hatimu ya.” Kata Ibu.

Perkataan Ibu membuatku takut. Sekilas aku teringat firasat yang dulu.

“A….ada apa Bu de…dengan Deniza???” Kataku terbata.

“Deniza………sudah meninggal Nak Salim.” Jawab Ibu.

Bagai disambar petir aku mendengar berita itu.

Aku terdiam terpaku.

Tiba-tiba, tubuhku bergoncang keras. Suara isak tangis pun keluar. Tak bisa kukendalikan air mata yang mengalir deras. Tanpa pamit, akhirnya kutinggalkan rumah Deniza dan berlari tak tentu arah. Aku ikuti ke mana kaki ingin melangkah pergi. Tak kuhiraukan teriakan orang yang tertabrak atau tersenggol olehku. Rasanya, aku ingin lenyap dari muka Bumi ini. Hilang tanpa ditemukan.

Setelah Lima bulan berlalu……….

Aku pandangi lautan luas yang berwarna orange, pantulan dari cahaya matahari terbenam. Sudah kuketahui kisah, bahwa yang menjawab semua kirimanku di fb Deniza adalah Nurul dan ini adalah permintaan terakhir dari Deniza karena tak ingin membebani pikiranku dengan kepergiannya.

Sebuah kecelakaan. Itulah penyebab kematian tunanganku Deniza.

Tunangan.

Tunangan.

Dengan lemas kuraih hp dan kubuka menu fb. Kuketik dan kuklik sesuatu di situ.

Salim Deniza berganti status dari lajang ke menikah.

Salim Deniza status menikah dengan Deniza Salim.

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *