Saya sedikit marah ketika membaca status orang sombong di FB ” Syndrom Babu” Mungkin si sombong ini kebingungan mbaknya pulang kampung tapi sungguh kata babu itu teramat kasar. Memangnya jaman Belanda? Sayapun langsung menegurnya.
Pekerja Rumah Tangga (PRT ) juga manusia, punya hati dan perasaan. Saya paling geram kalau dengar orang menyiksa atau melecehkan PRT baik di Indonesia atau di luar negeri. Bagi saya lebih mulia PRT yang banting tulang cari uang halal dari pada koruptor yang doyan ngembat uang rakyat.
Sebut saja Neng yang berasal dari Cimahi baru saja lulus SMP ketika ikut ibunya (ibu Ida) bekerja sebagai PRT di keluarga pak Husien. Neng ingin meringankan beban ibunya , maka ia minta pada pak Husin agar di izinkan bekerja di sana dengan gaji berapa saja. Ternyata pak Husin bukan hanya memberi upah pada ibu dan anak tapi membiayai Neng sekolah.
Ibu Ida dan Neng bekerja dengan kompak, mereka sangat rajin dan jujur. Sebelum berangkat sekolah Neng membantu ibunya, pulang sekolah walau lelah ia tetap bekerja. Neng gadis yang baik , santun dan pandai menjaga diri. Sholat tak pernah ia tinggalkan, tak heran keluarga pak Husin sangat menyayangi dan menganggap ibu dan anak ini sebagai bagian dari keluarga.
Selepas SMA Neng minta izin untuk mencari kerja, lagi lagi pak Husin mengizinkan. Neng mendapat pekerjaan di sebuah resto Jepang sebagai waitress. Ibu Ida senang sekali karena ia tak ingin anak semata wayangnya harus meneruskan pekerjaan sebagai PRT.
Ada salah satu tamu bule sebut saja namanya David yang selalu makan siang di resto Jepang itu. Dia orang Amerika yang bekerja di salah satu perusahaan minyak di Jakarta. Duda beranak 2 yang istrinya meninggal ini mulai mendekati Neng.
Tentu saja Neng takut sekali, dalam benaknya manalah mungkin orang Amerika mau dengan anak PRT . Apalagi Neng jujur berkisah pada si bule bahwa dia dan ibunya tinggal di rumah pak Husin
Tanpa di duga si bule ingin menjalin hubungan serius dengan Neng, tapi Neng masih takut dan ragu. Ibu Ida khawatir sekali kalau anaknya hanya akan di permainkan. Dia berpesan agar Neng benar2 menjaga kehormatan, jangan sampai mengikuti kehidupan bebas kebanyakan orang2 Barat.
Neng minta syarat pada si bule,bahwa neng tak ingin pacaran tapi perkenalan tak apa. Ternyata semua permintaan Neng di turuti. Setelah setahun enam bulan menjalin hubungan, Neng di lamar dan menikah dengan pesta meriah di rumah keluarga Pak Husien.
Beberapa bulan kemudian Neng di bawa suaminya ke Amerika, mereka tinggal di kota New York. Disana Neng melahirkan ke 3 anak anaknya.
Ibu Ida tak lagi bekerja pada pak Husin. Sudah beberapa kali pula Neng mengundang ibunya berlibur ke Amerika.
Bila pulang ke Indonesia, Neng dan keluarga tak lupa datang ke rumah pak Husein. Ia tak pernah berubah, Neng tetap wanita santun yang rendah hati.
Kini Neng hidup bahagia bersama suami dan anak anak tercinta.Neng menapaki hidupnya dari Cimahi ke New York City. Betapa Maha Adilnya Allah pada Neng.
Siapa yang dapat menebak masa depan kita kecuali Allah. Roda kehidupan selalu berputar, hari ini kita di atas , siapa tahu besok kita di bawah. Yang terpenting dalam hidup ini jangan sombong dan memandang rendah orang lain.
Inilah Kekuasaan Alloh Yang Maha Bijaksana… cerita yang menarik…
Hidup adalah misteri Ilahi…
Salam Ketik’ers…