Gaspol (Gerakan Sekolah Politik) sebagai Upaya Melek Politik Bagi Kalangan Mahasiswa

sekolah-politik
picornot.com

 Pendahuluan

Waktu itu, saat menjelang pemilihan umum legislatif, saya sempat mendengar perbincangan beberapa mahasiswa yang pada intinya mengatakan, “buat apa sih nyoblos, wong keadaan Indonesia tetep begini saja, ga ada perubahan apapun kalo nyoblos. Percuma. Politik ya tetep gini-gini aja.”

          Pembicaraan beberapa mahasiswa tentang politik di atas menunjukkan betapa memprihatinkannya kesadaran seorang mahasiswa sebagai generasi muda dalam berpartisipasi di dunia politik. Anggapan bahwa politik itu kotor, kejam, dan tidak penting untuk dibahas menjadi alasan dasar untuk bertindak apatis, acuh, dan tidak mau tahu tentang perkembangan atau apapun yang menyangkut dengan politik. Ketidakpedulian dari beberapa mahasiswa sebagai generasi muda tersebut tentu sangat disayangkan. Padahal, mereka memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan nasib bangsa Indonesia kedepan.

          Berangkat dari permasalahan itulah tulisan ini hadir. Mahasiswa, sebagai pemuda sekaligus generasi muda yang mendapatkan predikat “agent of change” diharapkan memiliki kepedulian dan kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam bidang perpolitikan. Jika semua mahasiswa sadar dan melek akan perpolitikan, keadaan bangsa ini akan menjadi lebih baik kedepan karena mereka bisa ikut andil dalam menentukan nasib bangsa.

          Salah satu cara untuk mendongkrak kesadaran atau melek politik kepada mahasiswa adalah dengan dibentuknya Gaspol. Tulisan ini akan menjelaskan peran “gaspol” (gerakan sekolah politik) sebagai media melek politik bagi kalangan mahasiswa.

Pengertian Pendidikan Politik

          Menurut Kartini Kartono (1996:64) pendidikan politik adalah upaya pendidikan yang disengaja dan sistematis untuk membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang bertanggung jawab secara etis dan moral dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Pernyataan tersebut menjadi landasan penulis bahwa pendidikan politik itu penting diberikan kepada mahasiswa sebagai generasi muda untuk menambah pengetahuan seputar politik dan bisa ikut andil dalam menentukan nasib bangsa kedepan.

          Pendidikan politik bagi individu menurut Kartini Kartono (1996:59)

mempunyai beberapa fungsi, yaitu: (1) Peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh-sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit sosial dan kedurjanaan. (2) Memahami mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah masyarakat.   Pernyataan ini semakin menambah keyakinan bahwa pemuda sebagai generasi muda memiliki peranan yang sangat penting. Mereka dapat memahami semua seluk-beluk politik untuk mengontrol setiap kebijakan pemerintahan yang ada dengan ketat dan pro rakyat.

          Antara fungsi dan tujuan pendidikan politik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan demi menuju keberhasilann pelaksanaan pendidikan politik itu sendiri.

          Pendidikan politik dapat dilakukan secara formal maupun non-formal. Pendidikan politik formal dapat dilakukan dengan memasukkannya kedalam kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Misalnya untuk tingkat SD sampai dengan SMA pendidikan politik dapat dimasukkan dalam mata pelajaran PKN. Sementara pendidikan politik non-formal dapat dilakukan melalui berbagai hal. Misalnya dari lingkungan keluarga, masyarakat atau lingkungan. Pendidikan politik juga dapat diperoleh dari media, baik cetak ataupun elektronik. Generasi muda juga dapat memperoleh pendidikan politik ketika mereka melibatkan diri dalam organisasi semisal OSIS, organisasi kepemudaan ataupun organisasi-organisasi lainnya.

Baca juga :  OBROLAN PARA HANTU

          Kesimpulannya, pendidikan politik sangatlah penting untuk dipelajari, didalami, dan dipahami oleh mahasiswa sebagai “agent of change” agar bisa berkontribusi memecahkan setiap permasalahan yang ada, mencari solusinya, dan memikirkan nasib bangsa Indonesia kedepan agar lebih maju dan sejahtera.

Gaspol (Gerakan Sekolah Politik)

“Berikan aku seribu pemuda!! Maka aku akan mengguncang dunia”. Begitulah ungkapan dahsyat dari seorang proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia, Ir. Soekarno. Ungkapan tersebut jelas memberitahu kita tentang pentingnya peran pemuda dalam mengubah peradaban suatu bangsa.

          Kita juga perlu tahu dengan pandangan Soe Hok Gie (1959), pemuda ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau, menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor, dan mewujudkan kemakmuran Indonesia. Hal ini menjadi tugas pemuda Indonesia masa kini dan yang akan datang. Maka, jelaslah sudah bahwa pemuda harus memiliki peranan dalam menentukan kemajuan suatu Negara.

          Mari kita kembali menilik sejarah, tepatnya apa yang terjadi tahun 1908, 28 Oktober 1928, 17 Agustus 1945, 1966, dan 1998 merupakan bukti rekam jejak kepedulian kaum pemuda dalam memikirkan nasib bangsanya. Namun sangat disayangkan, ketika zaman berubah, kepekaan pemuda dalam memikirkan nasib bangsanya semakin luntur. Pemuda sekarang memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa sikap yang tampak justru ketidakpekaan terhadap masalah-masalah nasional (57,4 persen), berorientasi pada materi/ kekayaan, dan hanya 20 persen dari pemuda yang menganggap kepentingan nasional sebagai salah satu agenda mereka. Totalnya ada 63 persen pemuda Indonesia yang hanya berorientasi pada kepentingan sendiri (Kompas, 18/11).

          Maka, saya memiliki sebuah gagasan untuk meningkatkan kesadaran pemuda dalam dunia politik dengan dibentuknya gaspol (gerakan sekolah politik). Gagasan ini berupa membentuk perkumpulan mahasiswa yang memiliki kesadaran tinggi tentang politik atau pun yang baru sekadar mengenal cangkang politik untuk bergabung dalam sebuah komunitas yang dinamakan gaspol. Dalam komunitas ini, seluruh anggota akan mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan politik dan apapun yang berkaitan dengan perpolitikan dari pakar politik yang tidak memihak kepada suatu partai.

          Pergerakan komunitas ini tidak dalam lingkungan kampus karena saya menyadari kampus haruslah netral dari stigma politik. Akan tetapi, komunitas ini lebih bergerak di ektra kampus. Sehingga, anggota yang bisa mengikuti komunitas ini berasal dari berbagai kampus. Hal ini tentu sangatlah bagus dan patut diapresiasi. Ketika para mahasiswa yang memiliki pemikiran yang sama tentang perpolitikan dan peduli terhadap nasib bangsa berkumpul, mereka bisa bertukar pemikiran, curah gagasan, curhat ide, dan mencari solusi atas setiap permasalahan yang ada di Negara ini untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik dan maju kedepan. Komunitas gaspol ini juga bekerja sama dengan elemen pemerintahan yang memang memiliki kredibilitas dan perhatian penuh terhadap kemajuan perpolitikan di Indonesia.

Baca juga :  Dream Book

          Pentingnya mahasiswa (pemuda:red) dalam mendalami politik adalah karena politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Jadi, jelaslah sudah bahwa gagasan berupa gaspol (gerakan sekolah politik) ini sangat layak untuk didukung dan direalisasikan. Agar mahasiswa tidak lagi apatis, skeptis, acuh, dan menganggap politik itu tidak penting.

Penutup

          Peran pemuda dalam politik tentu sangatlah penting. Pemuda memiliki momentum untuk menjadi penerus bangsa kedepan. Sejarah telah mencatat jasa pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan, menyuarakan suara rakyat yang teracuhkan, menegakkan keadilan, dan mengubah sebuah peradaban bangsa.

          Sangat disayangkan, jika semakin berkembangnya zaman, kepedulian pemuda dalam memikirkan nasib bangsa semakin luntur, ogah dalam mencari solusi permasalahan yang ada, dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Pemuda bukanlah yang berumur muda lalu ia berkata bahwa saya pemuda bangsa, tidak. Pemuda itu tidak menentukan umur. Ia mempunyai harapan dan mimpi besar akan bangsanya kedepan dengan gagasan yang visioner (tujuannya jelas dan terarah).

          Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa selaku pemuda agar melek terhadap politik adalah dengan bergabung dalam komunitas gaspol. Komunitas gaspol (gerakan sekolah politik) ini merupakan komunitas ekstra kampus yang anggotanya terdiri dari mahasiswa berbeda kampus. Sehingga harapannya, akan terkumpul pemuda-pemuda yang peduli akan nasib bangsa untuk bertukar pemikiran, curah gagasan, curhat ide, dan mencari solusi atas setiap permasalahan yang ada.

          Untuk menunjang keberhasilan gagasan membentuk komunitas gaspol (gerakan sekolah politik) ini tentu harus didukung dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Terutama dukungan dari pemerintahan yang pro politik bersih, para pakar politik, pemerhati politik, penggerak pemuda, dan pendukung kesejahteraan rakyat Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *