Mau jadi caleg, yah bayar. Mau jadi dokter, ya bayar. Mau lulus PNS ya setoran, mau urus SIM yah upeti. Apa-apaan ini? Wow, jangan salah sangka, semua ini demi filsafat. bahwa manusia harus baik, mulia, indah dan bermartabat. Cara untuk menjadi manusia yang berharga, yah usaha dong. Apapun tekniknya, seperti apapun metodanya dan serupa apapun jenis pilihan upayanya.
Mungkin dunia ini memang sedang berputar-putar di sumbu galaunya, seseorang hanya merasa dihormati ketika kaya atau pintar, Yang miskin menjauhlah, yang begi enyahlah dari kerak bumi ini. Hidup ini gak netral tetapi seimbang: kaya-miskin, tinggi-rendah, jujur-munafik, putih-hitam. Semua itu adalah equilibrium, yang jadi soal kita tak netral, Memihak kepada yang kuat, ini aneh. Menambah kekuatan kepada yang sudah kuat, lagi-lagi ini kultur berat sebelah.
Berat sebelah gimana maksudnya, yah orang-orang pada dukung, pada hormat kepada Si Kuat. Padahal orang kuat belum tentu doanya diterima loh. Lagian, mereka sangat anti emphati. Coba wong cilik, wong gak punya, Senyuman tulusnya setia menemani Anda.
Ngapa juga manusia sekarang tak berkiblat kepada esensi manusia itu sendiri, tuh Nabi Muhammad SAW, nabi termiskin di dunia, tapi kenapa IA dihormati? Karena IA memiliki ‘harta’ berlimpah-limpah, deposito unlimited, royalty yang gak pernah kering. Apakah itu? Berbuat etis kepada sesama, tak mengolok-olok.
Tahukah Anda betapa seringnya kita merendahkan orang lain? Tahu jugakah Anda bahwa perilaku ini memunculkan gesekan-gesekan sosial. Bertindak jahat itu gratis, tak perlu bayar, gratis setiap saat, mudah melakukannya. Tapi ingatkah Anda untuk menebus kejahatan itu harus dibayar mahal. Yang lebih tragis, sudah bermaksiat, berjahat-jahatan, dibayar pula. Itulah di tempat pelacuran, atau beli kondom untuk sebuah perzinahan abadi, sabung ayam, lotre, togel.