Islam ini super ‘rumit’. Halal dikit, halam dikit. Unik juga Islam ini. Kaku. Haram ya haram. Halal ya halal. Mungkin inilah agama terpanggang ragam interpretasi. Obat itu bisa halal jadinya, yang dulunya haram. Bisa haram, yang dulunya halal. Aneh-aneh agama yang satu ini. Itu ucapan seorang yang sangat paham soal agama dan perkara hadits.
Babi dan minuman keras itu hukumnya tidak haram, nantilah pada saat orang Islam memakannya, barulah disebut haram. Apa gerangan hikmah atas babi yang juga ciptaan Tuhan? Minuman keras, pun kreasi Tuhan. Mengapa umat Islam demikian zaman menghindari menu-menu ciptaan Allah itu sendiri? Jangan salah sangka, tak ada ciptaan Tuhan sia-sia. Ini kata kunci. Babi, anjing, bir, tuak. Emang haram kok, tapi kehadirannya tak percuma, Tuhan tahu itu.
***
Ribut-ribut soal sertifikasi halal-haram. Lah, emang manusia yang menentukan halal-haram itu? Ataukah mau disebut ‘perpanjangan tangan’ dari Tuhan? Kok begitu hebohnya soal halal haram ini. Wong Allah sudah tak bisa ditawar-tawar lagi masalah yang satu ini. Kenapa diributkan. Sedang Tuhan Tak Kaku, makan saja, minum saja, selama bisa menghidupkanmu dari kematian. Lah, ada manusia sudah dipastikan mati jika tak minum obat yang mengandung ‘zat haram’. Kenapa menolak meminumnya, lah itu halal kok. Jika dia mati benaran, maka sesungguhnyalah kematiannya adalah haram dan bumi akan menolaknya atas ke-super idiot-nya. Sedang Tuhan, tak rela ciptaannya maha bego. Makanya, Tuhan menyuruh manusia ber-iqra’.
Manusia -umat Islam- menjerumuskan dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran jauh begitu. Kelewat sibuk urusi tentang sertifikasi halal-haram. Sedang yang dekat-dekat saja, mereka tak ambil pusing. Apa itu halal atau haram?
Berniat buruk, membuat kuitansi fiktif, berbohong setiap malam, mendudukkan anak-anak kemudian memarahinya, mencuri jalan, memutar musik keras-keras dan mengganggu tetangga, memarkir motor-mobil dan menyumbat arus lalu lintas, dan membunyikan Handphone di ruang publik, plagiasi. Ini haram atau halal gak? Wah, ini susah dilabeli, sulit disertifikasi sebab sertifikasi sesunguhnya milik Tuhan dan milik hati sang empunya. Kalbu manusialah sebenar-benar sertifikator. Lah, melarang tetangga kebaktian di rumahnya sendiri, kok dianggap gak salah, gak apa-apa n biasa saja. Sedang jika umat Islam mengaji dan takziyah di rumah, kok bisa.
Umat Islam ini, sudah sangat wajib bertanya dan menjawabnya sendiri: Bila kulakukan ini, halal atau haram gak? Ah, cari aman saja dan katakan: Halam Dikit^^^
Mau dapat label halal?
Hehehehe… wani piro?
:cendol :rate :cendolbig :2thumbup
5 j3t3h 😀