Gaya  

Harapan

Harapan itu menjanjikan masa depan. Harapan itu adalah kekuatan. Ketika kita memiliki harapan untuk diraih, maka ada gairah untuk bertahan dan membuat impian jadi kenyataan.

Ada kehidupan yang indah dalam sebuah harapan. Penderitaan dan kesusahan akan terasa mudah melewatinya. Halangan dan rintangan seberat apa pun tak menggetarkan.

Tetapi sebuah harapan pun bias berbuah kekecewaan dan menjadi penderitaan bila harapan itu sekadar mimpi – mimpi atau khayalan belaka.

Seperti hari – hari menjelang pemilihan presiden pada 9 Juli 2014 nanti. Dukungan kepada kedua calon presiden terus mengalir. Para pendukung tiada lelah untuk terus memberikan dukungan dan mati – matian membela.

Ada yang sedemikian yakinnya dengan harapan yang akan diberikan sang calon pemimpin bahkan sampai rela melupakan pertemanan karena si teman tidak mendukung harapan dari calon pemimpin yang didukungnya. Padahal sama – sama sedang senasib untuk menggantungkan harapannya.

Di antara para pendukung yang ikut – ikutan atau sekadar memberikan dukungan karena tidak suka pada yang satunya, tak dipungkiri demikian banyak yang memberikan dukungannya demi untuk sebuah masa depan yang lebih baik yang bernama harapan kepada pemimpin yang akan kita pilih.

Kita mau memilih dan mendukung kepada seorang pemimpin sebab di pundak seorang pemimpinlah kita bisa menggantungkan harapan akan sebuah perubahan yang lebih baik. Hidup memang perubahan dan perubahan itulah harapan.

Seorang pemimpin hadir selalu dengan  kepribadian dan janji – janjinya untuk memberikan harapan kepada kita. Membuat kita terbuai atau tetap realistis menerimanya. Begitu juga dengan diri kita yang hidup dalam pengharapan. Adanya harapan inilah yang terus akan membuat hidup ini terus berlanjut.

Hidup sejatinya memang tidak boleh putus untuk  terus berharap ke arah perubahan yang lebih baik. Tetapi ketika harapan yang membumbung tinggi bagai imajinasi itu akan menjadi mimpi buruk ketika tak terealisasi. Jadi ketika tak bisa realistis dan tidak menyadari kapasitas diri atas sebuah harapan, akan hadir kekecewaan yang tak terkira.

Ketika kita memberikan harapan yang berlebih dan menggantungkan harapan tak bercermin diri, maka semuanya akan menjadi mimpi – mimpi belaka. Ketika kita terbangun, semuanya akan lenyap tanpa bekas. Yang ada hanyalah penyesalan yang berbeban. Menyedihkan, bukan?

Menyedihkan bila harapan yang ada hanya bergantung pada janji – janji yang membuai yang kadang malah membodohi akal sehat. Menyedihkan bila harapan menjulang sampai langit  ke tujuh itu hanya dimimpikan dan berharap pada waktunya harapan itu akan turun dari langit seperti sebuah keajaiban.

Menyedihkan, ketika harapan yang ada tak menjadi nyata, pada akhirnya bukan hanya kecewa yang di dapat. Tetapi berganti dendam dan putus asa akan indahnya sebuah harapan.

Sejatinya kecewa tak mengapa ketika harapan tak menjadi nyata. Tetapi berputus asa untuk menggapai harapan – harapan baru itu yang sungguh mengecewakan. Ada  kalimat yang lahir saat diri ini dalam penderitaan dan kesusahan yang masih tersimpan rapi : “Tak mengapa aku tak punya apa – apa dan aku tak akan berputus asa, sebab aku masih punya harapan. Satu harapan demi satu harapan boleh hancur, tetapi aku tidak akan terkubur bersamanya. Sebab aku masih punya satu harapan lagi.

 

 

katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri

ilustrasi gambar : ikin12.wordpress.com

 

 

 

 

 

 

Respon (2)

  1. Tanpa harapan kita tidak akan melangkah… semoga harapan yang tertumpu pada pilihan 9 Juli nanti bukan php… 🙂

    1. Harapannya yang terbaiklah yang akan jadi pemenang hehhe yang dapat memperbaiki negeri ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *