Inkonsistensi Ibu Mega

Membaca harian Kompas Sabtu, 15 Maret 2014 yang lalu ada hal yang cukup menggelitik. Hal yang tidak bisaa tentunya, karena secarik surat yang terbuka di media massa. Memang hal ini sudah berlalu hampir seminggu, tetapi rasa penasaran dan keinginan untuk berkomentar itu tidak padam (“Mungkin ini kebisaaan perempuan yang senang berkomentar”) Surat tersebut tak lain adalah surat Ibu Megawati Soekarnoputri ketua umum PDI Perjuangan. Surat ini menjadi sangat menarik dan tentunya surat yang ditunggu-tunggu oleh sebagian masyarakat. Alasannyasurat ini berisi maklumat terhadap Gubernur DKI Jokowi. Alhasil, rasa penasaran sebagian masyarakat Indonesia akhirnya terjawab. Rasa yang selama ini menyelinap di balik hati baik para pencinta Jokowi maupun rival-rival politik Jokowi terungkap.
Jokowi, yang selama ini hanya mampu tersenyum setiap mendapat pertanyaan tentang pencapresan dirinya tak mampu lagi menghindar. Kini fakta telah terungkap secara gamblang dan telanjang. Megawati Sang ketua “Partai banteng bermoncong putih” itu telah menyingkap teka-teki itu. Dengan semangat dan kewibawaannya sebagai pemimpin telah menitahkan kepada anak buahnya untuk melaksanakan perintah membawa Indonesia menyongsong fajar kemenangan manuju indonesia hebat dan menuju perubahan.
Perubahan, kata yang selalu menjadi peringatan bagi kita. Tentu menghadapi perubahan ini perlu adanya kestabilan dan konsistensi. Nah, apakah Ibu Mega termasuk orang yang stabil dan konsisten? Mungkin kita bisa menilai Ibu Mega termasuk orang yang kurang stabil. Atau kurang konsisten. Benarkah? Menurut hemat saya kita bisa menilai konsistensi pendirian Ibu Mega berdasarkan tulisan Beliau. Memang saya bukan seorang grafolog, tetapi setidaknya saya mampu memberikan sedikit penilaian tentang ibu Mega dari tulisan beliau terutama berdasarkan surat perintah harian yang tertanggal 14 Maret 2014. Inkonsisten mungkin itu kata yang tepat untuk mengomentari tulisan tangan beliau.
Mari kita simak translit surat harian tulisan tangan Ibu Megawati berikut!

Baca juga :  Sering Terlambat

PERINTAH HARIAN, MERDEKA!
Saya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
“Kepada seluruh rakyat INDONESIA jang mempunjai mata hati, keadilan kejujuran di manapun kalian berada!”
1. Dukung Bapak Joko Widodo sebagai calon PRESIDEN dari: PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN.
2. Jaga dan amankan jalannja Pemilu Legislatif-terutama di TPS2 dan proses perhitungan jang berjalan dari segala bentuk kecurangan & intimidasi.
3. Teguh & tegarkan hati dalam mengawal DEMOKRASI di REPUBLIK INDONESIA tercinta!
Ttd
(Megawati Soekarnoputri)
14 Maret 2014

Kemudian kita simak juga translit teks pidato singkat yang juga di publish oleh harian Kompas bersama dengan surat perintah di atas.

Saudara2 sebangsa dan setanah air jang tercinta! Dua hari lagi kita sebagai bangsa akan memiliki sebuah proses demokrasi, jaitu Pemilu Legislatif.
Setelah mengamati selama ini dengan cermat & seksama berjalanja situasi & kondisi di Negara kita, maka dengan ini saya MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memberikan mandat kepada saudara IR Joko Widodo sebagai petugas partau utk menjadi:
CALON PRESIDEN dari PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN.
Perintah ini untuk dilaksanakan se-baik2nja dengan penuh dedikasi & tanggung jawab bagi bangsa & Negara INDONESIA!
14 Maret 2014
Ttd
(Megawati Soekarnoputri)
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Baca juga :  Jokowi Kian Berkibar, Para Politisi Busuk Menggelepar

Beberapa fakta tulisan di atas menunjukkan adanya inkonsistensi Ibu Mega. Kalau kita simak lebih lanjut, sebagian nama Megawati Soekarnoputri juga masih menggunakan ejaan lama. Memang dalam hal nama kita tidak boleh mengganti ejaan kecuali kemauan pemilik nama itu sendiri. Hal ini tentu dapat kita maklumi, tetapi bagaimana dengan penggunaan ejaan yang campur aduk dalam tulisan lain? Ternyata, selain penulisan nama masih ada beberapa tulisan di atas yang masih menggunakan ejaan lama. Kalau konsisten seharusnya beliau menulis nama Soekarnopoetri. Rupanya menulis dengan berbagai ejaan ini yang masih terjadi. Bisa kita cermati dari tulisan yang sudah saya cetak tebal dan garis bawah. Atau mungkin beliau begitu menghayati dan senang menulis dengan ejaan lama.

Namun, penulisan ini pula yang saya katakan sebagai perwujudan inkonsistensi berdasarkan pengamatan terhadap tulisan tangan beliau. Pada awal kalimat beliau menggunakan (y) dengan tepat, yaitu pada pernyataan, “Saya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan”, tetapi di tengah kalimat huruf (y) menjadi (j) dapat kita temukan dalam beberapa kata. Semoga, inkonsistensi ini hanya terjadi pada saat beliau menulis. Akan tetapi dalam hal mengeluarkan keputusan dan sikap berpolitik tetap konsisten. Salam Ketik’ers-AST

Responses (4)

  1. bweheheh…akhirnya ‘Bunda’ memberikan maklumat-nya..yaa, Mba Anita..semoga semua lantjar jaya …http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

  2. mbak Anita memang teliti dan kritis. kalo saya mungkin tak sampai sedetail itu.

    yang jelas, semua politisi tak ada yang konsisten, termasuk Megawati.
    mereka selalu saja berdalih karena adanya dinamika politik.
    artinya, tak ada itu yang yang namanya janji dan komitmen meski tertulis diatas batu sekalipun (jadilah ‘batu tulis’… prasasti kali yah 🙂

    makanya jangan heran dan jangan kaget bila nanti ada manuver politik lainnya.

    pesan saya cuma satu, ‘jangan sakiti hati rakyat’ thats all !!

    1. Thks Mr. Admin, makanya saat ini yang kita perlukan bukan politisi tetapi negarawan. Saya rasa seorang negarawan akan selalu punya hati untuk rakyatnya, semoga….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *