
Fitnah sampai tua. Itu celoteh Emha Ainun Najib, kabarnya ibu-ibu majelis taklim, bapak-bapak majelis dakwah, gemar menyeru kebaikan, bersuluh moral, bersampai-sampaikan kebajikan dan menyalakan obor kebijakan, demi mencahayai sesama, menyinari umat dan mengacai hati agar tetap bening, jernih, halus.
Seiring dengan itu, mereka-merekapun suka ngobrol ringan, jelek-jeleknya orang lain. Berbisik-bisik akan buruk-buruknya tetangga. Semestinya ucapan-ucapan mereka di luar ‘profesinya’, sinergis dengan jobnya sebagai penyeru sekalian alam kebaikan. Tak bisa bertolak-tolakan, itu tak fair, benar-benar anti klimaks,tapi tak boleh anti klimaks. Maksudnya, setelah habis masa ucapan kebaikan, bergeser lagi ke ucapaan ghibah, gunjing-gunjing. Mestinya diciptakan software khusus untuk mendeteksi ada-tidaknya ucapan tak baik dari setiap manusia. Sebab hati tiada lagi dapat membaca dengan baik akan sensor-sensor niat, sikap, atau aksi-aksi yang akan atau sedang dilakukan manusia.
Kepada pengguna medsos, berjuta ungkapan-ungkapan inspiratif, ajakan-ajakan baik, kisah-kisah menghidupkan, cerita-cerita yang kebaikan. Benar saja, ini bukti bahwa manusia itu sifat utamanya adalah baik, khusnul, kharamah dan perihidup cinta, kasih dan sayang. Sudah over load motto merayu di medsos, berjibun sudah kata-kata indah, lalu kenapa hidup ini kok gak elok-elok amat?
Coba alih-alihkan perhatian anda, telisik-telisik status-status manusia di fecebook atau twitter, berapa banyak menuliskan yang berhaluan kanan tetapi tingkahnya berhaluan kiri. Itu yang disebut jalan berdua, ucapan baik seiring ucapan maki-maki, umpat-umpat. Apa gak sebaiknya, melakukan dulu, bukitkan dulu bahwa kita memang akan bisa seperti apa yang kita tuliskan.
Ah, itu buang-buang waktu, sebab status itu untuk orang lain kok, biar terkesan bahwa penulis status itu adalah orang baik, bijak, berilmu dan label-label lainnya. Gelagat sosial ini adalah hipokrit sejati. Dan itu, termasuk saya^^^
Manstaf 🙂
Loh bro dunia itu kan antara positif dan negatif selalu beriringan, seperti hari, ada terang ada gelap, coba kalau sepanjang hari itu terang terus , gak ada malamnya, apa gak gawat hehehe..sama juga kalau manusia, semuanya jadi nabi, kan gak asyik dunia ini hihihi..kalau semua sudah baik buat apa lagi nabi, kan gitu?
hemmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
awas keselek
mantap 😀