Jangan Percaya Kata-kata Saya..

www.suduthati.com
www.suduthati.com

Kata orang bijak : “Dengarkan saja kata-kata yang baik dan bermanfaat dan jangan peduli siapa yang mengatakannya”, kata-kata ini selalu saya ingat, seorang atasan saya pernah mengatakan :

” Jangan Percaya Kata-Kata Saya hanya karena saya atasan kamu, kamu harus berani berasumsi bahwa tidak semua yang saya ucapkan itu benar “

Mendengar ucapan ini saya hanya berpikir orang ini sangat patut menjadi atasan saya, bijak sekali selalu ingin dikoreksi ucapannya.

Lalu saya bertanya pada beliau, ” Kenapa Bapak tidak boleh saya mempercayai semua ucapan Bapak “

Beliau hanya menjawab : “Karena saya tidak mau bekerja dan berpikir sendiri, kalau kamu bawahan saya artinya kamu jangan seperti Kerbau yang dicucuk hidungnya, semua yang saya ucapkan cukup kamu jawab dengan anggukan kepala, saya tidak mau seperti itu, belum tentu semua yang saya ucapkan itu benar”

Jawabnya dengan tegas namun dengan nada yang pelan, membuat saya tambah kagum pada beliau, karena ucapannya yang terasa sangat santun tersebut mengandung ketegasan yang sangat absolut.

Baca juga :  Jumpa Tanpa Sengaja dengan Pak Tjiptadinata dan Ibu Lina di Kereta

“Tapi Pak sudah menjadi kewajiban saya sebagai bawahan mematuhi dan mendengar serta melaksanakan apa yang Bapak ucapkan” jawabku lagi sambil memancing jawabannya.

“Itulah kesalahan yang banyak dilakukan oleh seorang bawahan, semua ucapan atasannya dianggap sebagai perintah atau instruksi, semestinya didengar dulu dengan jelas semua ucapan itu, ditela’ah dengan benar siapa tahu ada yang salah, makanya sering terjadi dilapangan terkesan saya memberikan Instruksi yang salah, itu semua karena kamu tidak teliti menterjemahkan ucapan saya”

Ada benarnya juga ucapan atasan saya ini, memang saya kadang cuma ingin dilihat beliau bahwa saya cepat tanggap, sehingga apa yang dikatakannya saya anggap sebagai instruksi, tanpa diteliti dan dokoreksi dahulu langsung dilaksanakan.

“Tapi pak maksud saya agar semuanya bisa cepat terlaksana” jawabku lagi dengan ke ekpresi yang mulai kecut.

Baca juga :  Media Sosial dan Kebodohan

“Makanya saya bilang jadi bawahan itu harus bisa bersikap kritis, karena banyak yang saya urus dan saya pikirkan, maka bisa saja apa yang saya katakan salah, sebagai bawahan kamu wajib mengkoreksinya, agar ucapan saya kalau berupa perintah tidak salah dalam pelaksanaannya”

Pengalaman ini mengajarkan banyak hal pada saya, tidak semua bawahan itu cuma mangap menerima perintah, tidak semua ucapan atasan itu hanya dijawab dengan anggukan kepala, juga jadi seorang bawahan itu jangan seperti Kerbau yang di cucuk hidungnya.

Pengalaman ini sangat membekas dikepala saya, ketika saya juga mulai ada diposisi beliau, apa yang pernah beliau ajarkan saya terapkan kebawahan saya, saya terbuka terhadap kritik dan bersedia di koreksi oleh bawahan saya, menganggap bawahan sebagai partner kerja bukanlah pesuruh yang hanya siap menerima perintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *