Kapokmu Kapan?

regret
foto: www.bubblews.com

Pernah tidak melihat anak kecil berlari, terjatuh lalu menangis sendiri? Kemudian sang Ibu akan berkomentar “Dikasih tahu tidak mau dengar, sekarang jatuh sendiri malah nangis? Bandel sih!” Guru adalah pengalaman yang terbaik, katanya! Tapi saya pernah baca juga lupa entah dimana. Istilah yang menyebutkan, ‘Jika bisa belajar dari pengalaman orang lain, mengapa tidak?’ Pengalaman adalah guru terbaik, tapi bagaimana dengan pengalaman yang berakibat fatal? Apakah sebelumnya tidak ada pemikiran pencegahan? Mengapa tidak bertanya dan belajar dari orang lain yang memiliki pengalaman kurang lebih serupa?

Banyak orang sulit dinasihati. Jika diberitahu secara cuma – cuma, ia akan menjawab, “Gue enggak minta nasihat elo, nggak usah repot!” Waktu kecil, ini lagi – lagi pengalaman saya dengan ibu ya! Seringkali ibu menasihati saya hingga 1001x. Artinya tak bosan dan lelahnya beliau ngomong terus, serta berulang – ulang. Kadang yang mendengar malah jengkel. Maksud ibu baik, namun barangkali penyampaiannya gaya – gaya orang jadoel, masih bertipe feodal. Ya, maklum namanya juga seorang ibu! Ia akan menggunakan segala cara guna membentuk karakter anak – anaknya. Anak – anak juga tak sama. Ada yang mempan dinasihati, ada yang masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Anda barangkali? Ngaku saja,…

Saya menggunakan pendekatan gaya baru untuk berbicara dengan putri saya. Saya menyebutnya ‘gaya gaul.’ Saya harus mengerti tentang gaya hidup dan pergaulannya, lalu kemudian masuk ke wilayah itu untuk berkomunikasi dengannya. Tidak mudah, karena artinya sedikit ‘menyelundup’ dan bergaya sok ABG. Orang – orang yang masih menganut gaya feodal tentu menolak! Untuk apa tahu tentang pola pikir dan pergaulan anak – anak slash remaja? Repot amat sih! Kalau ibu saya suka berkomentar, “Mana ada kebo nyusu gudel.’ Artinya mana ada seekor induk kerbau menyusu pada anaknya. Sulit memberi pengertian kepada ibu bahwa jaman telah berganti, waktu berputar dan pola – pola berubah tak beraturan. Rano Karno kini sudah ‘berisi’ dan menjadi Wagub Banten, nyaris pula diangkat sebagai pemangku jabatan gubenur. Sementara dimasa lalu ia masih kurus – langsing dan berboncengan mesra dengan Yessy Gusman, merajut romantika. Jyaaah, pilem jadoel dibahas lagiiiii… Namun setidaknya ini parameter yang sangat jelas kan?? Dulu dan sekarang.

Baca juga :  Sahabatku Ditipu Scammer Sexy Asal Asia

Memberi nasihat memang tidaklah mudah. Jika sekedar bicara kesannya omong – kosong. Jika memaksakan pendapat justru bikin jengkel. Ternyata ada yang lebih tepat. Jika terpaksa memang harus dibiarkan ‘kapok’ ! Saya tipe orang yang suka membuat kapok. Kejam? Mungkin! Usia bertambah, saya harus banyak menyimpan energi. Tidak ingin selalu menghamburkannya dengan jengkel dan kesal. Saya tunggu kapoknya saja. Ini berlaku kepada siapa saja. Bisa teman, suami, anak, atasan. Habis mau bagaimana lagi? Cape lho, memberi nasihat jika tidak digubris. Bagaimana kita bisa mengatur dan ‘meluruskan’ orang lain jika yang bersangkutan tak ada kesadaran untuk berubah? Anak – anak lebih mudah untuk dinasihati dan menyerap dengan baik. Bagaimana dengan orang dewasa, siapa yang tahan? Pasutri jaman sekarang saja banyak yang bercerai. Bagaimana dengan hubungan – hubungan lain? Pertemanan, tetanggaan, rekan kerja, atasan? Bagaimana jika komunikasi tidak berjalan baik dan susah untuk memberikan masukan? Jawabannya sederhana : tunggu kapoknya saja! Mungkin ini versi lain dari kesabaran.

Baca juga :  Spektakuler

Sesungguhnya bagian paling indah pada kejadian ‘kapok’ adalah kepuasan untuk mengatakan “Gue bilang juga apeeeeeee!!! Sukuriiin!….” Tapi gimana ya? Katanya kita ingin selalu lebih baik dari kemarin, to be a better me. Mosok hingga hari ini masih saja kejam dan berlidah tajam? Pada akhirnya kita hanya boleh mengelus dada. Suatu kemalangan, apalagi tragedi yang berujung fatal, bisa jadi berawal dari peringatan yang sudah terus – menerus diberikan namun diabaikan. Tidak ada orang yang dapat mengubah orang lain, terkecuali orang tersebut memang berkehendak. Pada prinsipnya tiap orang dewasa bertanggung – jawab atas tindak dan lakunya sendiri. Be a man! Kalau sudah berani meremehkan nasihat, apalagi dari orang tua, pasangan, sahabat dan orang – orang terpercaya lainnya, artinya memang siap kapok sendiri! Bagaimana dengan Anda? Kapokmu kapan? Jangan khawatir Anda tidak sendiri! Hingga di titik ini saya juga sudah kenyang. Bolak – balik kapok atas segala hal dan dalam segala peristiwa. Itu adalah bagian dari pengalaman hidup. Yang penting, move on!

Responses (2)

  1. Ya belajar dari pengalaman orang lain juga Ok, walau saya gakl pernah tertipu dengan yang namanya arisan, tp pernah mencoba menasehati seorang kawan yang sangat bernafsu ikut dan segera pulang ke Medan waktu itu. Katanya sudah ada kawannya yang berhasil. Oh ternyata tidak lama kemudian modus arisan tersebut terbongkar sebagai penipuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *