Karya sastra bisa dipahami sebagai hasil kreasi seni yang sangat luhur, tetapi bisa juga dipahami sebagai suatu luapan emosi, ide atau gagasan yang terkesan absurd. Melalui karya sastra, seorang penulis puisi pada sebuah situs fiksiana beranggapan mampu menjadi tuhan bagi dirinya sendiri maupun hasil karyanya. Melalui karyanya itu pula seorang sastrawan mampu merepresentasikan dirinya maupun segala persoalan hidup. Dengan demikian tentu kita menjadi kesulitan untuk menempatkan karya sastra pada posisi yang paling tepat dan sesuai. Namun, melalui karya sastra sadar atau tidak, pastilah ada sesuatu yang akan dikomunikasikan oleh penulis.
Komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dimaknai sebagai pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan atau berita tersebut dapat dipahami. Bentuk komunikasi sastra ini memang bisa bersifat puitik bisa juga prosaik. Hal ini tergantung kemauan dan keinginan penulis dalam menggunakan media yang diinginkannya untuk menyampaikan pesan.
Seorang penulis sastra akan mengggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam proses kreatif. Kreativitas itu sendiri bisa sebagai wujud aktualisasi diri para pekerja seni dalam bidang sastra tersebut, tentunya setelah melalui proses refleksi yang panjang. Oleh karena itu sebuah karya sastra tidak mudah untuk dipahami tetapi perlu diinterpretasikan terlebih dahulu. Sebuah karya sastra memang tak jarang bersifat ambigu, sehingga siapa pun tentunya boleh menginterpretasikan. Namun demikian, tentunya kita juga harus kembali pada tujuan awal pengarang menciptakan karyanya.
Melalui karyanya para sastrawan mencoba melakukan ketidaklangsungan ekspresi. Ia mencoba melakukan metafora sehingga pesan penolakan atau hal-hal yang bersifat provokatif dapat disampaikan dengan tetap terasa indah. Tak jarang para sastrawan menyuarakan masalah-masalah kehidupan dan sosial budaya atau politik sebagai acuannya. Melalui karya sastra tersebut pengarang berusaha mengomunikasikan sesuatu yang akan mengajak pembaca atau pendengar berpikir kritis.
Pemikiran secara kritis itulah tentu yang akan mampu menangkap hakikat dan esensi komunikasi melalui sastra. Kritis di sini berarti pembaca atau pendengar tidak akan menerima secara mentah apa yang tersurat, tetapi akan menganalisis terlebih dahulu. Melalui analisis ini pula mereka akan berusaha menemukan kesalahan atau pembenaran terhadap informasi, sebelum akhirnya memahami yang tersurat secara tersirat.
Sebuah karya sastra jika akan dipahami sebagai sebuah komunikasi tentu perlu pemahaman yang tepat. Dalam komunikasi biasa, tentu penggunaan kata yang bermakna denotatif dan tidak ambigu menjadi sangat penting. Sementara itu sifat ambiguitas sangat kental dan khas dalam sebuah karya sastra. Oleh karena itu apabila karya sastra akan dipakai sebagai sarana penyampaian pesan perlu dipahami secara proporsional dengan ide dasarnya. Melalui karya sastra diharapkan mampu memahami isu-isu kehidupan yang memang perlu penanganan secara serius tetapi tampil secara indah dan menyenangkan.
Dengan demikian, sastra bisa berfungsi sebagai sarana komunikasi dapat tampil secara nyata maupun konseptual terhadap fakta kehidupan. Jadi, silakan Anda berkomunikasi dengan menggunakan karya sastra, karena di samping menyampaikan keindahan, pesan yang akan Anda sampaikan pun masih bisa diterima.
Salam