Ingat masa ketika pesulap pesohor kita sedang heboh – hebohnya berkonsentrasi pada keahlian utama, yaitu ilmu ilusi? Sang pesulap sering menyerukan ‘tatap mata saya,…tatap mata saya…’ Lalu ketika kita menatap matanya tiba – tiba saja sendok yang ada ditangan mendadak bengkok. Seolah ada kekuatan magis nan dahsyat yang mampu melemahkan sebuah sendok. Padahal sih,…trick ilusi! Rahasianya dimana? Silahkan belajar ilmu sulap, ilmu mentalis, illusionis dst.
Dulu seorang kawan sekerja pernah mengajak saya untuk mengikuti pelatihan kekuatan affirmasi. Ketika itu saya masih kurang paham, apa itu kekuatan affirmasi? Ternyata itu adalah kekuatan pikiran yang difokuskan guna mencapai tujuan. Pertama kali mendengar hal ini saya merasa geli dan bodoh. Antara percaya dan tak percaya. Apa iya,… ada ‘mantra’ semacam ini dalam kehidupan? Kalau gitu terus saja gumamkan mantra ‘cepat kaya,… cepat kaya,…cepat kaya,…’ atau, ‘jadi presiden,…jadi presiden,…jadi presiden,…’ Kan ini kekuatan affirmasi? Menyakinkan diri sendiri dengan berharap hal yang paling kita dambakan.
Hmm,… ketika mentertawakan hal itu saya lupa. Bahwa saya sendiri sebenarnya dari kecil telah berusaha keras menggumamkan matra ajaib. Agar kelak hidup saya baik, lurus, langgeng, loh jinawi. Ketika kecil dan remaja saya tidak memikirkan uang atau kekayaan, karena yang diberikan ibu rasanya lebih dari cukup. Sehingga saya merasa tidak mungkin saya akan ‘kekurangan.’ Hehehe,… pikiran yang naif sekali. Maka dari itu saya against atau kurang menyetujui anak – anak yang selalu diberi kemudahan. Dikemudian hari akan sedikit sulit untuk ‘bertahan’ atau ‘berjuang’ dalam medan kehidupan yang sesungguhnya. Sejak kecil anak – anak harus diperkenalkan dengan tehnik – tehnik dasar untuk berjuang di kehidupan. Orang tua takkan hidup selamanya,… Harta juga tidak ada yang dapat memastikan tujuh turunan dan 100% akan melahirkan kebahagiaan. Impossible!
Saya lupa bahwa dibenarkan oleh alam bawah sadar kita untuk memilah hal – hal yang baik dan menyisihkan hal – hal yang buruk. Jika bicara dendam dan kebencian bisa segunung tingginya. Namun, sampai kapan kita akan menyimpannya? Setidaknya jauhkan diri dari orang – orang dan hal – hal yang memicu kebencian dalam hati. Itu prinsip saya hingga kini. Ya maaf,.. tentu ada orang – orang atau kelompok yang saya kurang suka atau kurang cocok untuk berdiskusi serta menghabiskan waktu. Jadi saya jalan saja sendiri dengan patokan – patokan mendasar. Dan benarlah kekuatan affirmasi itu sudah saya pelajari sejak kanak – kanak hingga kini. Bahwa saya harus membuat PR, jika tidak suster akan mencubit. Oya, …dimasa lalu sekolah Katholik masih bergaya Belanda dengan cubitan dan hantaman penggaris. Menurut saya sih ketika itu cukup berhasil dan tidak menimbulkan issue kekerasan pada anak. Bahwa saya harus ikut kegiatan pramuka, PMR, harus lulus setiap jenjang pendidikan, harus kuliah, harus menikah dan kira – kira menjalani pernikahan seperti apa yang saya harapkan. Dibawah sadar saya sudah membentuk kekuatan affirmasi dalam benak!
Hanya saja saat itu belum banyak bacaan tentang spiritualitas, ketajaman pikiran atau buku seperti ‘The Secret’ karangan Rhonda Byrne. Tetapi rupanya entah bagaimana kekuatan pikiran masing – masing orang pada akhirnya akan membawa kita menyusuri suatu jalan setapak. Jalan yang ada dihadapan kita hari ini! Jalan ini muncul karena sejak dulu kita selalu mencari – cari dan berpikir bahwa kita harus menemukan jalan setapak kita masing – masing. Dengan berfokus pada itu dan menyisihkan orang – orang serta perihal yang tidak menyenangkan, pada akhirnya akan tiba di tujuan. Kadang – kadang jika teringat perpisahan ayah dan ibu ketika usia saya masih sepuluh tahun, ada rasa tak percaya bahwa saya telah tiba pada jalan di hari ini. Ada masa – masa sepi, kosong dan menakutkan ketika keluarga terpecah. Tak ada kesatuan dan kesamaan visi. Selalu ada sedikit pedih dalam dada pada masing – masing anggota keluarga.
Kekuatan pikiran dan affirmasi diri sebenarnya tanpa disadari ada pada setiap manusia. Nah, semangat yang terus menyala atau mudah padam itu dikembalikan pada masing – masing pribadi. Ada orang yang gampang menyerah, ada orang yang peragu, ada orang yang tidak percaya diri, dsb. Nggak usah jauh – jauh pada keinginan jadi kaya atau jadi presiden. Coba dulu pada hal – hal yang sederhana. Saya pernah duduk dalam sebuah rapat koperasi dan mendadak dibacakan undian berhadiah uang. Tanpa sadar saya berkata dalam hati, “saya dapat,…saya dapat,…saya dapat,…” Eh, beneran saya dapat! Jumlahnya nggak seberapa, tapi senanglah wong dapat keberuntungan. Karena apa? Karena saya memaksimalkan kekuatan pikiran dengan tidak menganiaya orang lain, dengan tidak menyakiti alam dan mengkhianati hal baik yang ada disekitar kehidupan saya. Owh, …mengenai hal ini sudah berulang kali saya buktikan! Ketika saya berpikir bahwa sesuatu akan terjadi. Benar saja, pada akhirnya sesuatu itupun terjadi. Atau ketika saya melihat suatu hal dan bertanya – tanya, “Kemana arah perginya semua hal ini?…” Walau butuh waktu lama, pada akhirnya saya benar – benar melihat sebuah jawaban akhir. Cenayang? … Bukan! Yakin pada kebenaran? … Iya!
Foto: mind-power.hubpages.com
Setuju dengan artikel keren ini. Sayapun mengalami hal yang sama. Ayah dan ibu berpisah saat usia saya 2 th. Kekuatan pikiran, jika berpikir positif akan menghasilkan energy positif, begitu juga sebaliknya. Terima kasih sudah berbagi.
Bu Fey,…sempet baca juga…makasih yaaa..ih jadi tersanjung judulnya nih dibaca Bu Fey…
nice post.. 🙂
thanks..
Setuju sekali kakak… 🙂 meskipun kadang2 pernah juga ngerasa takut pada pikiran saya sendiri.. 🙂
Senaang sekali menyapa si kakak yang satu ini lagi…