Dari empat ribu lebih tulisan yang telah saya posting di blog, hampir semuanya ditulis dengan menggunakan fasilitas HP. Dari model HP yang cuma bisa memuat maksimal seribu huruf sampai yang bisa seribu kata. Boleh dibilang suka duka menulis menggunakan HP sudah komplit saya rasakan.
Dalam hal ini tentu saja lebih banyak sukanya. Sebab dengan bermodalkan HP sangat memudahkan untuk menyelesaikan tulisan demi tulisan. Sekali antri di bank dua tulisan jadi. Selain itu juga sangat fleksibel sekali, karena dengan menulis di HP dapat dilakukan di mana saja. Menunggu menjadi waktu yang menyenangkan.
Saat menunggu bertemu seseorang bisa dimanfaatkan untuk menulis. Ketika dalam perjalanan untuk melepas lelah bisa berhenti di bawah pohon untuk menulis. Bahkan sesaat menjelang mandi karena tiba-tiba ada ide bisa segera menuliskannya. Semua begitu mudah dengan bantuan sebuah HP.
Jujur dengan menulis di HP rasanya lebih nyaman dan ide lebih bisa mengalir. Berbeda ketika berada di depan laptop atau komputer, otak sepertinya buntu dan hati membeku serta jari-jari terasa kaku.
Bahkan untuk menunjang aktivitas menulis saya sampai perlu dua biji HP yang digunakan secara bergiliran. Bila yang satu sedang diisi baterainya, yang satu lagi bisa dipakai, sehingga HP selalu berada dalam genggaman.
Pernah ketika HP rusak, dunia ini serasa hampa. Tak heran malam-malam juga HP segera dibawa ke tempat perbaikan. Tak betah rasanya melewati semalam saja tanpa menulis. Solusi lainnya, dengan rayuan manis pinjam ke adik.
Nah, belakangan ini dua HP kesayangan saya yang digunakan untuk memenuhi nafsu menulis satu persatu menemui ajalnya. Apa boleh buat, mau beli yang baru terpaksa harus ditunda dulu. Dalam keadaan ini mau tidak mau memaksa saya harus berbetah-betah di depan komputer untuk menulis.
Pertamanya tentu rada sebal dan kesal dengan ‘kematian’ kedua HP kesayangan. Tetapi keadaan ini memaksa saya untuk belajar memaknainya. Bahwa keadaan ini memungkinkan saya belajar duduk manis di depan komputer menulis.
Pada akhirnya pasti akan bisa dan nyaman juga menulis dengan tanpa menggunakan fasilitas HP. Kenapa? Semua kebisaan tak lain karena sudah terbiasa atau membiasakan diri dengan situasi tersebut secara konsisten.
Jadi, siapa takut menulis dengan menggunakan komputer atau laptop? Malah bersyukur bisa menemukan suasana baru dalam menulis. Nyaman-nyaman saja ternyata kalau mau dinikmati.
ilustrasi : www.tubasmedia.com
Ala bisa karna biasa Mr. Kate, turut berduka berpisah dengan pendamping setia dan belajarlah move on
Turut berduka Bro
😀
Dalam suatu kekurangan kita bisa belajar lebih baik, semoga mbak Anita :alay
Haloo bro, semoga akan segera bereinkarnasi menjadi lebih baik lagi hehhe
Empat ribu artikel oh oh oh standing applause . BTW Pantesan Hp nya tewas lah di pencetin terus tiap hari
hahahahaha
daripada pencetin jerawat