Kenangan Bersama Guruku Tercinta Bapak Oeripso

Entah mengapa airmataku mengambang setiap kali mendengar atau menyanyikan lagu ” Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” ciptaan Sartono, inilah lirik lagunya.

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Dimasa remaja, aku sekolah di SMPK I Pintu Air Jakarta Pusat, salah satu sekolah di bawah naungan BPK Penabur. Sekolah berkwalitas yang lumayan mahal tapi selalu memberi keringanan bagi siswa yang tak mampu.

Guru guru di SMPK I Pintu Air mengajar dengan penuh kasih. Ketika ada murid yang bandel , mereka menasihati dari hati ke hati tanpa menyinggung harga diri. Membuat kita sebagai murid malu mengulang lagi. Tak pernah ada kekerasan di lingkungan sekolah tersebut.

Masih kuingat kepala sekolahku saat itu bernama Pak Kitting dan guru guru lain seperti Pak Oeripso, pak Dar, pak Eddy, pak Yahya, ibu Gun, ibu Patty, pak Alex, pak Sitorus dan masih ada beberapa guru yang aku lupa namanya.

Ketika sekolah di sana, aku tak merasa dibedakan, walau penampilanku sangat sederhana. Baju seragam putih biruku hanya satu, harus kupakai setiap hari, dari Selasa hingga Sabtu. Jika terlihat agak kotor, pulang sekolah aku cuci untuk kupakai lagi esok pagi. Sedang seragam putih putih hanya untuk hari Senin pada saat upacara bendera. Itupun selalu kedodoran karena kebesaran, maklum dapat gratis dari seorang teman.

Pak Oeripso adalah guru dan wali kelas yang amat istimewa di mataku. Kami para murid memanggilnya pak Oerip. Berkulit coklat, berdahi lebar, rambut tipis dan senyum selalu menghias wajah beliau ketika mengajar.

Baca juga :  Waspada

Ada kisah tak terlupa yang membuat aku menulis tentang beliau di hari ulang tahun Persatuan Guru Indonesia yang ke 65 .

Sudah tiga bulan aku menunggak uang sekolah, tapi pak Oerip tak pernah menegurku di depan murid murid lain. Beliau menanyakan langsung padaku setelah mereka pulang. Alasanku selalu sama, uang sekolah belum ada. Saat itu menjelang ujian akhir, tentu semua murid harus melunasi uang sekolah yang tertunggak dan membayar uang ujian.

Hari ketiga Pak Oerip memanggilku, sekolah sudah sepi. Aku duduk dengan gugup karena tahu apa yang akan ditanyakan oleh beliau.

”Sebentar lagi ujian kamu sudah siap? Maksud bapak, kamu sudah belajar? ” tanya beliau sambil tersenyum.

Aku tertunduk sambil mengangguk. Lalu beliau melanjutkan.

” Maaf, bapak ingin bertanya sedikit tentang kamu. Seperti kamu ketahui sudah 3 bulan kamu menunggak uang sekolah, sedang sebentar lagi ujian. Sebenarnya ada apa Fey ?”

Aku hanya menjawab uangnya belum ada. Tiba tiba pak Oeripto memandang saya dengan sorot mata iba dan pertanyaan beliau benar benar menghujam hatiku.

” Orang tuamu dimana ? dan sebenarnya kamu tinggal sama siapa? “ tanya pak Oeripso hati hati.

Mungkin beliau melihat didaftar data murid bahwa di situ tertulis wali , bukan orang tua.

Sekejap saja air mataku menetes lalu aku menangis terisak isak. Kuceritakan semua pada guruku. Hatiku amat sedih setiap ada orang yang bertanya dimana kedua orang tuaku.

” Fenny, hari ini bapak akan membicarakan masalahmu dengan kepala sekolah, jika beliau tak bisa memberi keringanan, maka bapak yang akan membayar semua tunggakan uang sekolah dan ujian kamu.” ujar beliau sambil menatapku haru. Kuucapkan terima kasih sambil membungkukan badan, rasanya ingin memeluk beliau tapi kupikir itu tak sopan.

Baca juga :  Kejar Ilmu Ke Negeri Cina

Esoknya pak Kitting, Kepala Sekolahku memanggil dan aku dibebaskan dari tunggakan uang sekolah , sedang pak Oeripso membayar uang ujianku.

13472989911179549898PERTEMUANKU DGN PAK OERIPTO (Pengurus BPK ) dan Pak OERIPSO (guruku) (PICT – BPK PENABUR) DIRESTO SAMUDERA

Tahun 2004 , saat itu aku berada di Amerika. Aku mengirim email ke SMPK I Pintu Air dan menulis kisah tentang pak Oerip. Tak sangka tulisanku masuk majalah sekolah tsb. Ketika pulang ke Indonesia, aku mendapat undangan makan siang dari salah satu pengurus BPK Penabur yaitu pak Oeripto. Ada beberapa alumni juga yang datang dari Belanda, Amerika dll.

Ketika kami semua sudah berkumpul, aku heran mengapa makan siang belum juga dimulai. Ternyata aku mendapat kejutan. Tiba tiba guru tercinta Bapak Oeripso hadir paling akhir membuat aku tak mampu bicara. Kupeluk sambil ucapkan terima kasih dan aku duduk tepat disebelah beliau. Kami bicara lama sekali dan diresto itulah pertemuan pertamaku dengan beliau, setelah aku tak lagi menjadi muridnya. Kini Pak Oerip telah pensiun, semoga Tuhan memberkati beliau selalu. Amin

Terima kasih untuk semua guru guru yang pernah mengajarku di SMPK 1 Pintu Air. Bagiku tak ada mantan guru. Khusus untuk Pak Oeripso guru favoritku yang sederhana dan penuh cinta,

” Bapak akan selalu menjadi guru di hatiku.”

( Photo dari : SMP1 BPK Penabur-Jakarta )

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *