Gaya  

Kepatuhan Yang Berlebihan

rebellious
foto: evanlaar2012.wordpress.com

Saya bukan ingin mengajarkan orang menjadi pemberontak. Tetapi pada dasarnya, saya menghargai orang – orang yang mampu ‘tampil beda’. Tentunya bukan sekedar penampilan fisik, seperti rok super mini atau hidung yang ditindik. Hal semacam itu sih menarik juga, tetapi itu hanyalah sampul luar. Apa yang Anda lakukan, sebaiknya berbeda dan memiliki geliat semangat diri Anda sendiri. Konyol, … tapi saya yakin ada orang yang memiliki semangat jualan bakso dan bisa jadi sangat menonjol! Karena mungkin dia suka makan bakso, pandai meracik bumbu dan membuat bakso, lalu pandai memasarkan baksonya. Jadilah pedagang bakso sukses! Itu karena dia tidak memaksakan diri menjadi penjahit, walaupun ayahnya adalah penjahit ternama, misalnya.

Dulu saya tidak mengerti dan benar – benar buta, bahwa seseorang seharusnya mengerti benar tentang dirinya sendiri. Saya memiliki ‘kepatuhan yang berlebihan.’ Ini terhadap ibu, terhadap boss di kantor dan tentu tentu terhadap pasangan, yaitu suami. Bahkan kadang – kadang saya terlalu patuh pada nasihat sahabat – sahabat dekat. Tanpa saya bisa berpikir bahwa ‘saya adalah saya’, mereka bisa menyarankan saya untuk melakukan sesuatu, tetapi mereka barangkali tidak bisa mengantisipasi jika hasilnya jauh dari apa yang diharapkan. Ketika saya mencapai pengertian ‘saya adalah saya.’ Saya mulai melihat bahwa kepatuhan saya terhadap ibu dan sepertinya terhadap pekerjaan (atau uang) sedikit berlebihan.

Saya berpikir masa depan akan diatur oleh ibu. Saya berpikir karir akan diatur oleh kantor. Totally wrong! Suami, setelah menikah sekian belas tahun tentu saya patuhi. Tetapi format pernikahan sedikit berbeda, ketika satu sama lain sudah lumayan memiliki jam terbang (dan selalu bersama – sama), lalu tercapai pengertian, perlahan kami saling menyesuaikan. Suami mengerti bahwa ‘saya sedikit eksentrik dan suka menulis’ dan saya mengerti bahwa ‘dia penggemar dan gila bola’ yang bagi saya sangat membosankan. Kemudian kami masing – masing memberi ruang keleluasaan pada karakter diri, sehingga tidak bertabrakan. Saya tidak terus – terusan terpaksa nonton bola untuk menemaninya dan believe me, dia nyaris tidak pernah membaca tulisan saya! Tapi kami jalan terus, ya karena ini namanya pernikahan! Hobby, hanya satu bab dalam pernikahan – banyak sub-bab lain yang lebih gila pertarungan dan pertaruhannya! Tapi saya tidak akan membahas ini.

Tadi kami mendiskusikan putri kami yang prestasi sekolahnya kian menurun tajam. Sikapnya berubah makin acuh, sekehendak hati dan sangat sulit di atur. Wahai para ABG, this is what your parents feels about you! Saya kemudian sedikit membela dan mengatakan bahwa putri kami harus ‘mengalami’ semua. Dan ini termasuk fase – fase pemberontakan, tidak terima, malas dan meremehkan fasilitas yang didapatkannya sebagai anak. Kenapa? Karena saya juga tidak ingin putri saya memiliki kepatuhan yang berlebihan dan selalu diatur oleh orang lain. Ia harus mengalami gagal dan kecewa, lalu belajar dari titik tersebut dan bangkit! Kepatuhan yang berlebihan, jika yang mengatur sudah tidak ada atau aturan tidak membawa kepada excitement, hidup akan terasa hampa! Seseorang harus menjadi nahkoda kapalnya sendiri. Dan memang tidak ada kursus menjadi nahkoda kehidupan. Yang ada langsung diceburkan ke laut dan belajar sendiri; — dari mengendalikan rakit, hingga suatu hari akan mendapat kepercayaan Tuhan untuk mengendalikan kapal raksasa. Amin! (Baca : Tidak ada Pilot otomatis di kehidupan).

Kepatuhan itu baik, tetapi harus diingat; selalu patuh artinya sama dengan ‘yes Sir’ person. Lalu ketika dewasa menjadi ABS, Asal Bapak Senang. Asal bisa korupsi berjama’ah, asal menjadi bagian dari sebuah perkumpulan prestige. Semakin hari saya jadi mengerti mengapa dalam setiap episode kehidupan selalu terjadi ‘pemberontakan’ dan reformasi. Karena dibutuhkan keseimbangan, karena dibutuhkan keragaman, karena dibutuhkan inovasi dan hal baru. Tanpa itu semua, segalanya datar, hampa dan membosankan. Menjadi pemberontak yang kasar, radikal dan bertindak anarkis tentu salah! Tetapi mulai melatih sikap dan otak untuk memisahkan hal – hal yang ‘unik dan berharga’ dari yang ‘biasa – biasa dan umum’ saja akan menuntun Anda pada chapter hidup selanjutnya. Saya teringat masa remaja yang saya habiskan untuk berselisih dengan ibu karena tidak sependapat. Namun pada akhirnya saya selalu mengikuti saran ibu. Saya teringat pada masa bekerja, untuk tindakan – tindakan eksekusi tugas yang saya tidak sependapat. Namun pada akhirnya saya terpaksa mematuhi karena itu regulasi kantor. Sekarang saya sudah ‘cukup umur’ untuk menjadi I am, what I am! 

Rebellion1
foto: blog.design-seeds.com

Bonus song : reflection – lea salonga

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *