Kok Dibikin Masalah?

Mentang-mentang hidup ini adalah lautan masalah, sehingga membuat kita iseng untuk bikin masalah. Padahal kalau tidak dibuat-buat tidak akan jadi masalah sebenarnya. Seharusnya ada masalah diselesaikan bukan tidak ada masalah dibuatkan masalah. Benar-benar bermasalah jadinya kalau begitu.

Kata pembuka tulisan ini oleh sebab apa yang saya alami belum lama ini sehubungan dengan pekerjaan saya sebagai ‘juru kunci’ di pabrik.

 Karena buru-buru mengikuti sebuah acara ada satu kunci yang tertinggal di kantong celana kerja saya yang digantung di kamar. Sementara ruangannya pada malam itu akan dipakai oleh karyawan yang masuk malam.

 Setelah acara selesai saya buru-buru pulang. Tapi saya tidak perlu terlalu was-was. Saya pikir toh masih ada cadangannya. Tidak masalah.

Baca juga :  Belajar Dari Anak

 Tapi ternyata bagi rekan saya hal ini jadi masalah. Memang harus saya akui, saya ada salahnya juga tidak meletakkan kembali kunci tersebut ke tempatnya, malah disimpan di kantong celana.

Seharusnya tidak perlu jadi masalah sebab masih ada kunci cadangan yang bisa dipakai. Yang saya anggap yang agak masalah itu justru perkataan dari rekan saya itu. Dengan nada kurang bersahabat ia berkata,”Bagaimana kalau ruangannya gak saya buka pakai kunci cadangan, ruangannya gak bisa di buka dong?”

Walau ada rasa kesal tapi pengen tertawa juga dengan perkataannya. Bukankah itu manfaatnya dengan adanya kunci cadangan? Justru jadi masalah kalau kunci cadangannya tidak mau digunakan sampai harus menunggu saya kembali. Benar-benar konyol, bukan?

Baca juga :  Min, Aku Bertanya Padamu...

Apa yang saya alami hanya satu contoh kasus di antara sekian banyak kasus. Hal yang seharusnya tidak jadi masalah malah dijadikan masalah.

Seperti halnya dalam rumah tangga. Si suami kalau pencet odol dari bawah, sedang si istri memencetnya dari tengah. Si suami mengajari istrinya, si istri tidak terima. Ribut jadinya. Padahal tidak ada masalah mau pencet dari bawah atau tengah. Tapi malah bisa jadi msalah sampai banting-bantingan. Maaf, kalau yang ini bukan pengalaman pribadi, haya ilustrasi.

 

 

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *