Husin berulah lagi, menarik-narik tali sepatuku. Sepasang sepatu, hadiah dari seseorang. Hemmmmmmmmmm. “Ini tali sepatumu saya lepas yah”. Wah kenapa lagi ini Husin. “Gara-gara sepatu ini, kamu banyak jalan salah”. Hei hei, tergantung saya dong Sin. Bisa jalan salah , bisa juga jalan benar.
“Sini kunci mobilmu”. Apalagi maunya Husin ini, tak berhenti-berhenti usil padaku. Ia dekati mobilku, ia tak tampakkan wajahnya. Ia remote dan berbunyilah: “Tekk…Tekk”. Kenapa lagi Husin lakukan itu, saya kan bisa lakukan sendiri. Malah saya tak perlu mendekati mobil itu. Bisa 30-an meter kok, dan masih bunyi sensornya.
“Sin, jangan bertingkah aneh-aneh”, kuucapkan itu dan dia memutar bahunya ke arahku. Dia serahkan kunci itu kembali kepadaku. Lalu ia semprot aku dengan kata-kata: “Kamu itu remote mobil, sering sekali dari kejauhan. Kamu ingin dilihat orang bahwa yang punya itu mobil adalah kamu? Kamu ingin pamerkan kepada orang lain. Kamu tidak peka, di antara mereka ada yang belum makan, ada orang miskin, ada orang yang susah dapat pekerjaan. Kamu gak punya sadar sosial”.
“Tapi Sin”
“Gak ada tapi-tapian. Mulai hari ini, remote-lah mobilmu saat kau dekat”
“Wah gak bisa Sin, itu kondisional Sin. Saya biasa bingung cari mobilku di parkiran basement Sin, juga sering remote dari jauh kalau saya ragu apakah sudah aman atau belum….”
“Stop!”. Husin sumpal mulutku.
Lalu ia cuma berkata singkat saja: “Kau bisa bedakan, mana yang remote benar dan yang mana remote yang gak bener”
Saya pun bingung dengan ucapan Husin gendheng ini. Unik juga, dari sebuah kunci mobil, ia membuatku malu hati, hari ini^^^