‘Membuat’ anak itu memang tak susah. Dengan modal sedikit nafsu dan cinta. Bahkan dalam tempat yang gelap dengan mata merem, benih kehidupan seorang anak bisa ditaburkan.
Tetapi ketika seorang anak sudah jadi dan lahir ke dunia, tidak mudah untuk mendidiknya. Tidak cukup dengan sedikit nafsu dan cinta atau dengan mata merem.
Kita sepertinya lebih merindukan kehadiran seorang anak sebagai buah cinta dan untuk membuktikan kejantanan dan kesuburan kita. Kaang hanya sebatas itu. Urusan bagaimana mendidik anak, bahkan kita tak mengerti.
Sebab kita lebih mengutamakan bagaimana memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Bagaimana mencari uang untuk membeli susu, makanan, mainan dan pendidikan mereka. Ini malah kita anggap sebagai kebutuhan pokok.
Seringkali sebagai orangtua kita menganggap anak-anak nakal itu hal yang wajar, sehingga kita merasa tidak perlu mengajari ketika mereka nakal. Akibat orangtua yang kurang ajar pada anaknya, tak heran kalau anak-anak bisa menjadi kurang ajar pada orangtuanya.
Dalam taraf ini pun kita sebagai orangtua masih menganggap wajar. Tak heran kalau lama-lama orangtuanya dihajar.
Jadi tidak aneh, apabila hari ini akibat orangtua yang kurang ajar pada anak dan memanjakannya, tidak sedikit anak yang menjadi raja di rumah.
Lucunya tak sedikit pun orangtua yang mau-mau saja menerima realita ini tanpa berusaha menunjukkan diri untuk mendidik darah dagingnya sendiri.
Tanpa menyadari telah menjadi budak anaknya sendiri. Anak tinggal perintah dan orangtua harus mengikuti dan memenuhi segala keinginannya. Kalau tidak, tahu sendiri akibatnya.
Saya sedang tidak omong kosong. Ini realita yang ada di sekitar kita atau itu terjadi pada diri kita sendiri. Ups, mengelus dada dulu ya sambil periksa-periksa. Jangan-jangan …?
Tapi ada satu contoh nyata, ada seorang ponakan yang anaknya benar-benar kayak raja akibat dimanja dan tak tahu mendidiknya. Sampai-sampai mamanya sendiri berani dipukul. Waktu di Rumah Sakit orang lain tak boleh duduk. Berani meminta orangtuanya mengusir atau meminta mamanya untuk memukul orang itu. Kalau tidak, maka ia akan berteriak-teriak.
Bagaimana ini? Kurang ajar, bukan? Bagaimana kalau sudah dewasa nanti, kalau dari saat ini selalu dianggap tak apa-apa?
Bung Kate, orang tua kaya anak jadi “raja” tetapi anak kaya orang tua jadi “hamba” itulah anak kurang ajar!
Sama kurang ajarnya ya mbak Anita? Terima kasih, saya gak berani kurang aja deh hehe
tsk -tsk -tsk.. saya paling malu kalau orang berkomentar “ihh kelakuannya gitu, anaknya siapa siiihh ituuu…” gubraggggsss.