Istri saya mengabarkan kepada kakaknya di Tangerang perihal kakak ipar yang sedang dirawat di rumah sakit cukup terkenal di Kota Tangerang. Kebetulan kami sedang berada di Lampung. Istri saya menyebutkan nomor 3011. Mungkin karena suara kurang jelas terdengar di telepon, si kakak bertanya,”Ini nomor kamarnya atau lantai ya?”
Istri spontan menjawab sambil guyon,”Ya, omong kamar-lah. Kalau lantai bisa sampai ke langit kali gedungnya!”
Saya yang di samping ikut tertawa dan kakak yang di seberang juga ikut tertawa. Saya berpikir,”Aneh aja pertanyaannya, mana ada gedung yang lantainya sampai 3011. Ada-ada aja memang.”
Setelah kami balik dari Lampung kami langsung menjenguk ke rumah sakit. Karena sakit kakak ipar sudah cukup kritis. Karena ada sedikit keperluan saya menyusul belakangan. Saya sempat mencari-cari. Karena tak ketemu, saya coba tanya ke suster ketika berada dalam lift,”Sus, lantai 3011 di mana ya?”
“Layaknya lantai segitu gak ada deh,” jawab suster dengan serius dan (mungkin) bingung. Tapi segera saya meralat karena menyadari kesalahan,”Maaf, maksud saya kamar 3011.” dalam hati saya malah geli sendiri.
Kenapa geli? Memori saya langsung melayang ke kejadian sebelumnya, saat sempat menertawakan kakak ipar soal lantai 3011 ini. Kini saya melakukan hal yang sama. Karmanya memang cepat datangnya.
Kita ini, khususnya saya memang lucu, suka menertawakan kesalahan orang lain. Tapi pada kesempatan yang lain malah melakukan kesalahan yang sama. Lebih lucu lagi, hal ini berulang kali terjadi sepanjang hidup.
Hem…. ternyata menertawakan orang lain jauh lebih cepat dan lebih mudah. Sementara untuk bisa menertawakan diri sendiri itu perlu proses. Hehehe….salam tawa
Tapi saya lumayan kan mbak Anita? masih bisa geli dalam hati hehehe
biasa itu..3011 bisa jadi lantai 3 kamar nomor sebelas…heheh jadi org suka salah kaprah lantainya dan nomornya..
Ya Ci, maklum kita kan orang jarang2 urusan sama rumah sakit dan rada udik heheh