Apa sih lebay itu? Baca – baca katanya lebay bahasa alaynya berlebihan atau melebih – lebihkan. Padahal pada dasarnya kata ‘lebay’ itu sudah dilebihkan dari kata ‘lebih’ yang dibaca dengan logat Inggris dimana huruf ‘i’ dibaca ‘ai’. Jadi lebai. Biar tambah dilebih – lebihkan jadilah kata ‘lebay. Jadi memang lebay, kan?
Setelah seringkali dapat label pencitraan dari lawan politiknya atas gaya blusukannya selama ini, kini Pak Jokowi dalam rangka sebagai capres yang berusaha tampil merakyat dengan naik sepeda atau bajaj disematkan julukan capres lebay.
Padahal sah – sah saja dalam rangka sosialisasi sebagai capres beliau melakukan hal yang sesuai karakternya untuk menarik hati rakyat setelah bekerja keras sebagai wali kota dan gubernur dengan moto kerja dan kerja.
Tetapi kalau mau jujur, sebenarnya kita ini yang super lebay dengan selalu mengikuti apa saja yang dilakukan dari sosok Pak Jokowi dari sebagian media yang sudah lebay. Kita sibuk mengamati untuk mencari kelemahan atau kekurangannya untuk dilebaykan. Masalah shalat atau wudhu saja dipertanyakan. Ketika beliau shalat untuk mematahkan tudingan orang – orang yang lebay malah dibilang sok sucilah. Shalat saja diperlihatkan.
Naik sepeda atau bajaj dibilang lebay, nanti kalau naik Mercy bisa juga dibilang lebay. Mentang – mentang sudah jadi presidenlah. Sudah lupa diri. Naik pesawat kelas ekonomi, dikatai pencitraan. Nanti giliran naik jet pribadi sewaan dipertanyakan. Nah, siapa yang lebay jadinya? Kata Cak Lontong, pelawak terkenal yang sering muncul di televisi itu,”Mikiiiiir” sambil menunjuk ke keningnya.
Iya nih jadi mikir, soalnya saya juga suka lebay. Jadi sekarang perlu berpikir berkali – kali sebelum menilai orang lain. Jangan – jangan ketika saya menilai kekurangan orang lain, justru saya sendiri punya seabrek kekurangan yang sama. Ini bisa jadi senjata makan tuan dong?!
katedrarajawen@pembelajarandarisebuahperistiwa
makanya jangan lebay, biasa aja kayak katedrarajawen..