Maladewi

TERANTUK, peliseran kabar, mengagetkanku. Sepulang dari Thailand, dan tiba di tanah air, buka-merem mata ini, menguak-nguak berita terkini. Dan Maladewa Ical, terekpos foto bersama dua maladewi. Ambruklah karier pribadi Ical, ini sama sekali bukan soal politik, trik, ataukah penjatuhan. Pembunuhan sifat dan perilaku. Terasa aneh bin lucu, foto seksi Zallianty disandartangankan oleh Ical, kok ditilik dari perkara politik. Apakah yang aneh dari pemandangan itu, politikus berperilaku demikian, bukankah itu simetris, searah, sesuai visi-misi politik nan kotor dan hina-dina.

Lantas, mengapa banyak kaum mengolok-olok ARB. Bukan pulakah perilaku politik memang demikianlah? Siapa sangkal itu! Yang seperti ini kok diheboh-hebohkan, Ini sudah bagian dari identitas politikus, Bung. Lagian, separuh kita -pun masih ngeyel- mencibir-cibir para politikus. Lha, yang layak dicibir itu adalah orang baik-baik, orang-orang saleh-saleha, beriman, taqwa. Dan tiba-tiba berperilaku politikus. Yang ini pantas untuk diejek-ejek. Wong politikus sudah tabiat standarnya emang gitu loh. Kok kaget. Saya justru kaget dengan uring-uringan masyarakat, analis, pengamat dan para penulis.

Siapa lagi yang sanggup mengurai akan panjangnya kisah-kisah hitam politikus kita, tak cukup ruas-ruas buku, tak cukup tinta, untuk menyebutkan kisah erotis, cerita kelam para politikus di negeri ini. Politikus telah mengalahkan seluruh Nabi, Rohaniawan, Kyai, Biksu, Pendeta dan orang-orang alim sesungguhnya.

Dan seorang politikus bersama anggota dewan. menyambangi seorang Kyai biasa, berikut dialognya ringannya:

Pak Kyai, hebat mana walikota dengan DPR?

Hebat dewanlah karena dewan bisa memanggil presiden, wakil presiden dan menteri

Pak Kyai, hebat mana anggota dewan dengan Nabi?

Hebat dewanlah karena Nabi masih takut Tuhan, sedang anggota dewan dan politikus tak takut Tuhan