Gaya  

Manusia Kerdil Tak Pernah Sadar Diri

File:Franc Kavčič - Narcis.jpg
foto:Franc Kavčič – Narcis.jpg

Alkisah, ada seorang lelaki yang menderita penyakit narsisme akut sosial media. Perilakunya arogan, angkuh, memimpin, mengatur, mempengaruhi dan bahkan memaksakan kehendak. Orang yang narsis akan sulit berempati, merasakan tentang perihal orang lain. Yang ada hanya pemanjaan sikap ingin dihargai dalam diri sendiri. Hasratnya untuk menaklukkan orang lain tidak tahu waktu, tidak tahu tempat dan tidak tahu santun. Seringkali ia bahkan masuk dalam kelompok orang yang memberi label diri “tokoh” saking narsisnya.

Mungkin jaman sekarang memanglah jaman edan, sehingga ketika seseorang bercermin dan berkata “gue kereeen, — gue kereeen,…” hingga seribu kali dalam sehari, ia mulai sangat percaya diri. Lalu ia juga menyebarkan sebanyak dua ribu kali pada orang – orang lainnya melalui sosial media, bahwa dirinya adalah keren dan harus menjadi tokoh yang diidolakan. Karena perilaku narsisme ini dilakukan melalui sosial media (siapa yang tahu perilakunya sehari-hari bagaimana?), maka banyak pula pengikut serta orang – orang yang kian percaya pada gombalannya itu. Buktinya selalu ada sekte hari kiamat yang mengajak para pengikutnya mati bersama bukan?

Suatu ketika si Narsis bertamu ke rumah seorang tokoh. Sang tokoh adalah sebenar – benarnya tokoh yang telah bekerja, meracik, memanggul, memotong, dan hal – hal lain yang dilakukan dengan bersungguh – sungguh. Sang tokoh juga memiliki bukti nyata dan hasil kerja yang dengan mudah dapat digelar. Si Narsis kemudian bertandang ke rumah sang tokoh, mengacak – acak rumah, melempar bantal, menggeser kursi, membuang sampah sembarangan, mencemooh dan berbuat onar. Otomatis ia diusir keluar. Si Narsis yang adalah tokoh palsu ini menjadi murka, merengek dan membeberkan kemana – mana tentang ‘kejahatan’ sang tokoh. Ia bahkan memaksa sang tokoh untuk mengakui bahwa perilakunya yang mengabaikan narsisme adalah ‘jahat’.

Lalu tokoh ini menuruti kemauan si Narsis, bersedekah kebaikan bagi yang mengemiskannya. Narsis merasa bangga, merasa bahwa ia telah mampu melakukan ‘perubahan’, mampu mengoreksi manusia lainnya. Ia menunjukkan kemana – mana betapa bijak dan mahir dirinya. Betapa luas pengaruhnya. Lalu Narsis mengirim pesan meminta maaf pada sang tokoh yang dimusuhinya. Mengaku bahwa yang dilakukannya adalah demi kebaikan sang tokoh, betapa ingin ia terus mengasah sang tokoh agar kian bersinar kemilau. Hanya dijawab singkat oleh sang tokoh, baiklah saya maafkan! Demikian pun ia merasa lega dan lagi – lagi sangat bangga pada dirinya sendiri. Kasihan, manusia yang kerdil takkan pernah sadar diri! … Maka di dalam jiwa, berkacalah dengan sungguh – sungguh hingga bayangan narsisme yang berkabut itu pudar. 🙄

Respon (4)

  1. Ci, celoteh yang sangat bagus, kadang kita kekeuh menulis untuk berbagi, padahal jauh di lubuk hati untuk cari perhatian, kadang kita kekeuh bahwa beraktivitas di dunia maya tak masalah, padahal sudah mengganggu dan menjadi masalah di dunia nyata. Saya merasakan dan mulai ambil belajarannya, salaman

    1. aihhh koko kate,…dirimu pasti sudah banyak pengalaman hidup laaa’..banyak makan asam garam makin pinter Ko’.. nggak usah pusing dan khawatir, kalo sudah khatam, masalah apapun dalam hidup mudah menghadapi…sip deh!http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

  2. wkwkwkwkwkwkwkwkwk
    sembarangan…..
    emang narsis penyakitkah?
    baru tau saiyyah hihihi
    Si Kate tuh suka narsis (Nari Sisir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *