Gaya  

Mario Teguh : Boleh Marah Tapi dengan Cara Yang Anggun

An angry or stressed young businesswoman shouts out a stream of letters toward a raised hand making a gesture to stop.

marah yang anggun

Bagaimana cara marah dengan aggun?.

Maksudnya disini, bukan marah memanggil anggun, tapi cara marah yang anggun. Begini, banyak orang yang mana penghormatan kepada dirinya turun, karena dalam perasaan marah, dia meliarkan diri.  jadi orang yang marah dan liar itu itu,  karena disemangati oleh kesombongan.  Ini pegertian baru..

Hanya orang yang sombong, yang bisa marah dengan kasar.  Bagaimana logikanya?

Orang yang sombong, merasa dia lebih berkuasa, lebih kuat daripada orang yang dimarahin. Iya kan? Itu sebabnya dia bisa menumpahkan kemarahannya,  dengan cara yang tidak terhormat.

Nah,  kalau dia marah kepada orang yang lebih kuat, bagaimana? Berani?  Marah kepada orang yang lebih besar, lebih berkuasa,  lebih tinggi pangkatnya,  lebih berkuasa atau bahkan yang dapat memerintahkan hukuman kepada kita,  maka kita tidak akan berani marah. Paling-paling ‘Nggerundel’

Berarti orang yang marah dengan kasar itu harus orang sombong. Berarti dia merasa mampu melukai, tanpa ada pembalasan.

Bagaimana cara menghindari marah yang meledak-ledak?

1. Jangan Sombong

Yang pertama jangan sombong.  Orang yang tidak sombong,  tidak marah dengan cara yang merendahkan orang lain. Kalau orang tidak sombong itu marahnya begini. “Mas, saya harapkan anda itu lebih mengerti daripada ini” Itu marah..
Atau jika melalui email, biasanya bos saya menyebut nama saya hanya dengan ‘Mario’, tapi satu ketika dia sebut nama saya lengkap ‘Mario Teguh’, maka berarti pada saat itu dia sedang marah sama saya.

Baca juga :  Tobat

Banyak orang itu tidak mengatur perbedaan, saat dia sangat ramah dengan waktu dia marah.

2. Hormati diri sendiri dan orang lain

Sekarang misalnya anda sedang bercanda dengan seseorang, maka anda ikut tertawa. Tertawa itu tidak marah tapi ketika dia becanda menyinggung anda atau tidak sopan, anda tidak tertawa. Lalu anda bertanya kepada orang yang bercanda itu, “Maksudnya apa?..”

Bukan main itu rasanya. Itu seperti ditempeleng, seperti ditampar bagi orang yang bercanda tsb.

Nah, banyak orang yang tidak tahu cara itu. Jadi tidak harus marah dengan cara yang keras dan meledak-ledak.

Atau begini sebagai contoh dalam suatu rapat,

+ “Karena anda tidak patuh, maka anda libur saja dulu ya 3 bulan.”
– “Baik Pak Terima kasih..”
+ “Tanpa gaji ya?”
– “Oh.. jadi tanpa gaji?”
+ “Tidak, namanya diliburkan?”
– Lalu besok masuknya gimana?”
+ “Melamar Kerja lagi..”

Melamar lagi berarti diberhentikan. Itu sebenarnya marah kepada siapa? Marah kepada orang itu, tapi sekaligus memberi teguran kepada yang lain. Sehingga semua orang tahu bahwa anda mampu marah seperti itu.
Jadi tak perlu marah dengan teriak teriak-teriak, atau memaki-maki dengan kata-kata kasar.

Banyak orang yang marah-marah dan berkata keras “Saya pecat kamu.. !” Tapi nyatanya gak pernah dipecat. Dia ternyata cuma menggertak dan mengancam saja.

Marah yang anggun itu marahnya orang yang menghormati dirinya dan menghormati orang lain.
Masa sih namanya besar, kok marahnya sama orang kecil. Masa sih orang beradab kok marahnya seperti orang jahiliyah.

Baca juga :  PKDR 3 : Rahasiaa dari Dunia Lain

Nah, kalau sudah tanya ke diri sendiri, seperti misalnya saya sendiri, saya bertanya kepada diri saya sendiri. Saya bisa marah kasar, tapi didalam hati saya bertanya, “Masa sih Mario Teguh begitu?”

Coba bayangkan malunya saya jika saya marah kasar lalu ada orang yang kenal saya, kemudian dia bilang, “ini kan pak Mario.. kok marahnya norak?

Berarti menghormati diri sendiri itu yang pertama. Yang kedua menghormati orang yang dimarahi. Memang kita nggak pernah salah dulu?

Apalagi saya yang nakal ini, pantaslah dimarahin. Saya sebagai anak muda, mengharapkan dimarahin dengan anggun. Coba kalau ada orang tua yang marah kepada saya katanya, “Mario katanya kamu mau jadi orang besar di masa depan masa begini caramu belajar? Coba bandingkan dengan marah yang dibentak-bentak, justru membuat anak menjadi sakit hati, lalu membalas. Paling berbahaya adalah si anak akan membalas orang tua dengan membodohkan dirinya sendiri, supaya orangtuanya terhukum.

Kesimpulannya, jangan sombong, hormati diri sendiri, hormati juga yang anda marahi, upayakan supaya dia tidak kehilangan hormat dan membangun rasa hormatnya setelah kita marahi menjadi orang yang lebih baik.

Begitu cara marah yang  anggun. Semoga bermanfaat..

Mario Teguh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *