Sastrawan dan penulis, dua manusia unik ini, disegani Ronald Reagen. Detik ini tiada yang paham mengapa Reagen ‘cemas’. Bukankah Reagen juga praktisi tulis-menulis?. Hemmm…Ini terkait dengan jobnya sebagai kepala negara sebesar Amerika.
Sepeninggal Reagen, orang-orang pada mikir, mikir dan mikir. Suami Nancy itu kok lebih takut dengan penulis ketimbang perang dunia ketiga? Lah penulis gak membunuh orang! “Gak membunuh sih tapi merubah dunia”, kata seorang pengamat jurnalistik, Hendrik Samuel. Dan ada penulis dari Indonesia lebih hebat dari seluruh penulis Indonesia sebab ia mengubah tanpa menulis apa-apa?
Siapa dia? Dialah yang tak terwujud. Dialah guru-guru penulis. Dialah yang kerap mengeluh: Mengapa tulisanku tak laku-laku, mengapa tak maju-maju, mengapa begini-begini saja, jalan di tempat?
Guru itu suka ngumpat-ngumpat: “Lah kamu-kamu ingin jadi penulis bagus, lha tak suka dengan kekurangan”. Itu semprotan pertama. Sambaran keduanya: “Kamu suka lebih-lebihkan tulisanmu”. Tamparan ketiga: “Matilah jika ingin dikagumi tulisanmu”.
Penulis-penulis Eropa setingkat Heriette saja bingung dengan olok-olokan ini. Lantas lagi, mana ada orang hidup, dan kerjanya menulis yang tak suka dengan agung-agungan dari orang banyak? Dari jutaan pembaca? Dari pencari tulisan dari membanjirnya artikel-artikel hebat, daya ledak tinggi?
Mati dululah sebagai syarat untuk jadi penulis famous, penulis jago. Itu password-nya. Karena hanya orang mati yang tanpa pamrih lagi. Belajarlah mati saat menulis agar terhindar dari buaian puji-pujian. Itulah kunci sukses seorang guru menulis di Indonesia. Dan guru itu adalah diri Anda sendiri. Dan rahasia lain, terbuka sudah. Tulisan dibezuk dan dirindui, bukanlah semata karena cantiknya tulisan itu tapi cantiknya karakter sang penulis. Penulis-penulis hidup yang telah menghantar dirinya ke ‘pusara’ tak harap apa-apa lagi. Dan jangan heran jika ratusan penulis dikenang saat ia benar-benar telah wafat.
Dan telisiklah: “Berapa ribu kali Anda mengharap-harap sesuatu, pengen ini dan itu dan beragam modus di pikiran Anda. Itu yang membuat Anda terkuras dalam perkara menulis”, kunci sang guru itu^^^
😀 😀 😀
terima kasih inspirasi dan motivasinya saudaraku….intinya…jangan berhenti menulis selama masih hidup….perfect.
Hemmmmmmmmmmmmmmm
Iyalah Bang
Selama bisa, dan sebisanyalah
inspiratif deh..
Makasih Mas Odi
Ditunggu puisi-puisinya 😀