Asih Rangkat
No. Peserta : 11
Keempat teman Bayu terbelalak mendengar ucapannya. Tak ada komentar selain takjub mendengar penuturan Bayu barusan.
“Kalian kenapa sih? Bengong seperti baru aja lihat hantu? Emang ada yang salah dengan ucapanku?” Bayu menatap temannya satu persatu menanti salah seorang dari mereka membuka mulut.
“Benarkah dosen cantik itu menerima cintamu?” akhirnya Banu, yang tubuhnya paling gendut berkomentar. Bayu mengangguk cepat, kembali helaan nafas serempak dari teman-temannya membuatnya kesal.
“Kalian kenapa sih? Nggak percaya ya dengan ceritaku?” Bayu makin sewot.
“Bukan itu, Yu. Kami hanya tak percaya dirimu mendapat anugerah yang luar biasa ini. Apa itu benar?!”
“Hei kalian, dengarkan!” Bayu memasang mimik serius.
“Coba perhatikan diriku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Siapa yang bisa menyangkal jika aku ini tampan dan keren. Nggak ada kan?” mereka kompak mengangguk.
“Lalu mengapa kalian heran jika dosen cantik itu menerima cintaku?”
“Masalahnya, meskipun kamu tampan dan keren tapi….”
“Tapi apa?” tanya Bayu tak sabar menanti lanjutan kalimat dari Farouk. Lelaki berambut ikal itu menatapnya sejenak, tampak ragu untuk bersuara.
“Ehm… tapi otakmu nggak sebanding dengan ibu Fiska yang pintar luar biasa itu..”
Keempat temannya cekikikan sementara Bayu hanya bisa cemberut mendengar penilaian Farouk tentangnya.
“Kalian ini teman macam apa sih? Bukannya mendukung malah menjatuhkan.” Sungutnya menambah kencang tawa teman-temannya.
“Begini saja, seperti slogan kampanye, kami butuh bukti bukan janji. Jadi buktikan ucapanmu.” Imam yang sejak tadi hanya diam kini bersuara.
“Maksudmu?” Bayu nampak kebingungan.
“Iya, buktikan didepan mata kami jika kamu dan ibu Fiska benar-benar pacaran.” Farouk menimpali.
Bayu tersenyum, bukan perkara sulit. Toh ibu Fiska memang benar telah menerima cintanya. Dia hanya perlu mengundang ibu Fiska ke tempat kostnya agar teman-temannya melihat dan percaya pada ucapannya.
“Baik. Aku setuju. Kalian tunggu saja kedatangannya besok malam.” Ucap Bayu dengan percaya diri yang tinggi.
****
Malam minggu sesuai janjinya, ibu Fiska benar-benar hadir. Teman-teman Bayu terperanjat kaget saat melihat ibu Fiska tersenyum menyapa mereka.
“Selamat malam semuanya…” sapa ibu Fiska dengan senyum memikat.
“Ma..ma..lam bu..” kompak keempatnya terbata-bata membalas salam wanita cantik itu. Mata mereka melotot memandangi Bayu yang tampak bangga merangkul Fiska dihadapan teman-temannya.
“Tuh anak ternyata emang beneran pacaran.”
****
Bayu tersenyum senang saat ibu Fiska telah berada dalam kamar kostnya. Lampu temaram sengaja ia setting agar tercipta suasana romantis. Ibu Fiska terlihat kagum dan senang menerima kejutan tersebut.
“Sepertinya kehadiranku membuatmu susah payah mengatur semuanya..” Bayu tersipu senang.
“Karena Ibu eh mbak Fiska telah menerima saya menjadi kekasih, itu kebanggaan yang tak terhingga.” Tuturnya masih tampak malu.
“Aku menerimamu kemarin tapi apakah kamu membaca syarat yang aku ajukan?”
Bayu terperangah.
“Syarat? Syarat yang mana bu eh mbak?” Bayu tercekat.
“BBM yang aku kirimkan, apakah belum seluruhnya kamu baca?”
Bayu buru-buru membuka pesan BBM dari ibu Fiska. Matanya tak berkedip membaca kata demi kata yang baru dia sadari ternyata telah ada di BBM nya beberapa hari yang lalu. Dia terlalu gembira hingga mengabaikan pesan yang hadir kemudian.
“Bagaimana, kamu setuju dengan syarat yang aku ajukan? Aku bersedia menjadi kekasihmu dengan syarat dirimu bersedia menjadi mahasiswa privatku yang akan aku bimbing setiap kita kencan. Jadi kencan kita, kencan yang bermanfaat. Dirimu akan semakin pandai.”
“Ke..ke..napa, harus seperti itu?”
“Tentu saja, sebagai seorang dosen, aku ingin semua mahasiswaku menjadi lebih pandai. Apalagi dari perbincangan dosen-dosen, nilaimu sangat dibawah standar. Aku turut prihatin. Dan sebagai kekasihmu, aku tidak ingin kekasihku di cap bodoh. Itu menyinggung harga diriku. Sebagai lulusan terbaik, cum laude, dosen teladan, aku sangat sangat tidak rela jika dirimu dianggap remeh. Karena aku tahu sebenarnya dirimu cerdas, hanya kurang fokus dan terlalu santai memandang hidup.” Ibu Fiska berhenti sejenak sementara Bayu kian cemas dan gugup. Mengapa malam romantis yang dia impikan berubah jadi seperti ini, batinnya gelisah.
“Aku bukan datang dari keluarga kaya dan mampu, Bayu. Keluargaku sederhana tapi aku dan saudara-saudaraku memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi manusia yang berguna. Menjadi kebanggaan keluarga. Aku tidak menyerah dengan segala keterbatasan. Aku yakin dengan kemampuanku dan mimpiku bukan puing, aku berdiri membangun mimpi di atas mimpi. Setelah menghadapi semua cobaan hidup dan mendapati diriku berhasil sekarang ini, apakah terpikir olehmu aku rela memiliki kekasih yang biasa-biasa saja kepandaiannya? Aku harap dirimu tidak tersinggung. Mimpiku tentang seorang calon pendamping hidup sejak dulu tak pernah berubah. Bertemu denganmu adalah awal aku memiliki mimpi itu sedikit demi sedikit. Sekarang bersediakah dirimu mewujudkan mimpi masa depanku?”
Ibu Fiska menatap lembut. Bayu terkesima tak sempat lagi untuk berpikir dan langsung berkata..
“Iya, aku bersedia..”
“Baiklah, kita mulai pelajaran pertama malam ini…”
Ibu Fiska mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Dia juga meminta Bayu menyalakan lampu yang lebih terang. Bayu tak protes meski dalam hati masih ada rasa tidak rela. Padahal dirinya telah membayangkan malam ini akan jadi malam romantis yang tak akan terlupakan.
Di teras, teman-teman Bayu hanya bisa meratapi diri mereka yang tak seberuntung Bayu. Entah apa yang hadir dalam hayalan mereka masing-masing. Mereka tak tahu jika Bayu tengah berkutat dengan buku-buku pelajaran. Tak ada acara romantis seperti yang mereka bayangkan.
===========================================
Desa Rangkat adalah komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan minat dalam dunia tulis menulis fiksi. Jika berkenan silahkan berkunjung, berkenalan, dan bermain peran dan fiksi bersama kami di Desa Rangkat, klik logo kami.
hahahahahhha… judulnya kencan pertama dengan bku-buku….. hehehehehe
iya 😀
Sip, cinta diantara buku…seru…:D
nasib pacaran ama dosen 🙂
Hehehehhe…. selalu asyik kalo Asih nulis fiksi..
Makasih mas Hans 🙂
hadirrrrrrrr……..