Ajaran tentang bakti kepada orangtua sudah terasa usang pada jaman sekarang. Padahal sejatinya bakti kepada orangtua tak boleh dimakan oleh waktu. Karena ayah bagaikan langit dan ibu bagaikan bumi.
Kurangnya rasa hormat kepada orangtua yang melahirkan kita menjadi petunjukkan keseharian. Masih muda sudah suka membantah. Dimarahi orangtua sebagai anak bisa lebih galak. Diminta membantu banyak alasannya.
Di rumah bagaikan raja. Orangtua harus menuruti segala keinginan kita dan kita bebas memarahi dan tidak senang bila orangtua belum dapat memberikan apa yang kita minta.
Ketika orangtua sudah memasuki usia senja, maka dianggap menjadi beban. Menyusahkan. Tidak sedikit orangtua yang bagaikan bola ping pong. Ditepuk ke sana dan ke sini. Anak-anak tidak mau repot melayani karena menyusahkan.
Pemandangan yang menyedihkan menandakan tak memiliki budi sebagai anak. Padahal melayani orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan kita adalah merupakan kehormatan. Bakti pada orangtua adalah yang utama bagi mereka yang mengerti dan memiliki budi. Merupakan keberuntungan sebagai seorang anak.
Sebagai anak bila tak hormat pada orangtua bukan hanya membuat mereka bersedih masa tuanya. Tapi langit dan bumi pun ikut bersedih. Telah melukai semesta.
Di luar kita melayani orang lain dengan penuh senyuman. Begitu hormat pada boss yang memberikan gaji setiap bulannya. Di rumah kita begitu mesra sama suami atau istri.
Namun terhadap orangtua yang sudah mulai pikun justru kita kehilangan senyuman, rasa hormat, dan kemesraan. Orangtua seakan tak berharga lagi.
Ya ampun Tuhan, takutkanlah kami akan sifat yang tercela ini. Apa yang tak pantas dan tak berkenan bagi-Mu. Semoga melayani orangtua menjadi kehendak kami sebagai balas budi yang tak terkira orangtua kami.
@refleksihatidipagihari