Sebuah mobil Toyota Avanza hitam masuk menuju ke nursery kami, yang terletak di pinggir
jalan lintas Medan-Kisaran KM129. Kemudian turun sepasang suami istri paruh baya. Mereka
tersenyum lalu memperkenalkan diri sebagai Bapak dan Ibu Bangun, asal Madina, Tapanuli Selatan.
Basa-basi berlanjut, dan akhirnya kami mendengarkan keluhan mereka tentang kebun sawitnya.
Sudah tiga kali mereka menanam bibit kelapa sawit di lahan mereka yang luasnya 20 hektar, namun
selalu kandas musnah dihabisi tikus.
Umbut, atau bagian dalam batang kelapa sawit yang masih lembut dan berasa manis itu
sangat disukai tikus tanah. Maka tak ayal, dalam waktu seminggu saja, ribuan bibit
sawit yang mereka tanam, mati karena pangkal batangnya putus digerogoti si raja pengerat.
Bahkan untuk penanaman yang ketiga, Pak Bangun terpaksa menjual sebagian tanah kosongnya,
untuk biaya pembelian bibit dan penanaman ulang.
Mereka nyaris putus asa. Namun masih jua ada sejumput harapan tersisa. Impian untuk dapat memanen
janjang-janjang tandan buah segar, suatu hari kelak. Hari dimana tubuh sudah renta dan
tak berdaya. Hari dimana sudah saatnya seorang anak manusia untuk pensiun.
***
Setelah mendengar panjang lebar keluh kesah pasangan kurang beruntung itu, kami menasehati
mereka agar mengikuti jejak beberapa perkebunan kelapa sawit dalam mengatasi serangan tikus.
Yang ditanam adalah bibit kelapa sawit yang sudah berumur dua tahun. Bibit sawit seusia ini
batangnya sudah besar dan cukup keras, hingga tikus akan sangat kesulitan untuk mengunyahnya.
Saat akan ditanam. pelepah daun bibit ini dipotong setengahnya, untuk mengurangi penguapan air
yang berlebihan. Penguapan air yang berlebihan dari bibit yang baru ditanam dapat menyebabkan
tanaman batu menjadi stress lalu mati.
Selain itu, pada daerah yang kering dan cukup tinggi, bibit ditanam di lubang tangkapan air yang
dibuat sedalam 40 cm dan panjang-lebar 150 cm. Sering juga pihak perkebunan memasukkan
tandan kosong ke dalam lubang itu. Selain untuk pupuk organik, hamparan tankos juga dapat
mengurangi penguapan air tanah.
***
Hampir setahun kemudian, Bapak dan Ibu Bangun datang kembali ke nursery kami. Kali ini
dengan wajah berseri-seri. Berulang kali mereka mengucapkan terima kasih atas nasehat kami.
Mereka mengatakan bahwa sekarang tanaman sawitnya sudah bisa tumbuh dengan baik dan
selamat dari serangan tikus, sang raja pengerat batang.
Harapan tampak jelas membuncah, terpancar dari binar tatapan mata sepasang petani ini.
Kami pun ikut senang. Merasakan kesenangan orang lain. Meski pun sebelumnya kami
tak mengenal siapa mereka.
Mari berbagi, kita akan sejahtera bersama.
***
(catatan kaki : nursery = tempat penangkaran bibit tanaman).
bisa merasa kan kesenangan orang lain adalah kebahagiaan yang tak terhingga, boleh juga nih konsul sama bang Pilot kalau mau nanam sawit ya :salaman
Iya, Pak Katedra. Saya senang lihat orang lain senang.
Silahkan hubungi saya kapan saja, namun mohon sebutkan nama, agar nomornya dapat saya simpan.
Salaman.