Meniup balon sebenarnya bukanlah pekerjaan yang sulit, Namun, tak jarang anak merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Kesulitan ini biasanya bukan karena yang bersangkutan tidak mampu melakukan, tetapi lebih karena adanya faktor lain. Misalnya faktor ketakutan balon meledak atau faktor bau karet bahan dasar balon itu sendiri.
Beberapa anak sedang mendapat tugas untuk meniup balon. Anak tersebut berusaha sekuat tenaga agar mampu menghasilkan balon yang sudah ditiup sebanyak mungkin. Tentu itu bukan perkara mudah baginya, mengingat beberapa faktor di atas. Singkat cerita berkat kerja sama yang kompak anak-anak tadi akhirnya mampu menghasilkan sekumpulan balon yang sudah tertiup.
Dalam sebuah evaluasi, mereka mendapat point lebih dalam hal kerja sama. Mereka pun merefleksikan akan tugas tersebut. Menahan napas., itulah salah satu jawaban evaluasi dari seorang anak. Polos dan sederhana, kira-kira itulah jawaban mereka. Memang saat mereka meniup balon tentu mereka harus menahan napas, tetapi tentu bukan poin itu yang mereka tekankan. Kemauan mengurbankan diri menahan napas telah mereka lakukan untuk menghasilkan balon sebanyak mungkin dalam kelompok mereka.
Bernapas, tentu merupakan bentuk kata kerja yang menggunakan alat yang kita sebut dengan paru paru. Alat ini menjadi perangkat utama untuk melakukan pernapasan. Dalam kegiatan ini paru-paru akan memompa udara bersih dari luar tubuh dan mengganti dengan membuang udara sisa pembakaran tubuh. Dalam pernapasan ini paru paru akan memompa oksigen yang berfungsi membantu metabolisme.
Team work dalam kegiatan di atas ternyata mengandung makna filosofi. Dalam upaya meniup balon, ada upaya mengasilkan bentuk balon sebesar mungkin dan sebanyak-banyaknya, Tentu ini pekerjaan yang ekstra, mengingat saat meniup balon tentu kegiatan bernapas akan sedikit terganggu. Hal ini jika kita bandingkan dengan kehidupan kita sama-sama ada upaya memperoleh hasil walau penuh perjuangan.
Bernapas tak lain sebagai aktualisasi kehidupan. Ketika manusia atau binatang masih mampu bernapas berarti makhluk tersebut masih hidup. Dalam sebuah team, napas kehidupan juga sangat diperlukan. Bila sebuah organisasi tak lagi memiliki napas tentu organisasi itu pun juga mengalami kematian. Dengan demikian, napas kehidupan selalu kita butuhkan.
Seorang pemimpin lah yang dituntut mampu menyambung napas kehidupan dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin harus mau menahan napas demi hal yang dipimpinnya. Bila seorang pemimpin tak lagi memiliki “cadangan napas”, maka kita tak lagi memiliki harapan. Jika kita analogikan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara ini, tentulah para pemimpin kita yang diharapkan mampu memberikan napas kehidupan. Dengan kata lain, para pemimpin di negeri ini harus mau “menahan napas” untuk diri sendiri demi kelangsungan hedup berbangsa dan bernegara.
Salam-AST 300314
Emang ada cadangan nafas yah
Ya ada dong…di Makasar gak ada Bro?
maksudnya menahan nafas = rela hidup sederhana ya Mba Anita??…
Mungkin ini istilah orang Jawa, Jeng…hehehe…bukan rasis lho…