Mencari Keuntungan Diatas Kesusahan
Kadang ingin berteriak dan marah rasanya ketika melihat orang-orang yang begitu teganya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya di atas kesulitan dan kesusahan orang lain.
Pernah dalam perjalanan ke Cirebon terjadi kemacetan yang panjang, sehingga tak bisa bergerak sama sekali. Saat itu begitu banyak pedagang dadakan yang menjajakan air mineral botol di dalam bis.
Para pedagang memanfaatkan keadaan ini, air mineral yang waktu itu umumnya dijual Rp 3000 saja mendadak jadi Rp 5000. Tenggorokan yang sudah kering jadi semakin kering.
Baru-baru ini, saya terpaksa harus menyewa angkot untuk memindahkan adik ipar ke rumah sakit lain. Karena mau menyewa ambulans di rumah sakit tersebut ditolak. Tak ada ambulans angkot pun jadilah.
Ternyata sopir angkut ini benar-benar pintar mencari kesempatan. Ketika saya menanyakan ongkosnya tanpa ragu ia menyebut angka Rp 200 ribu untuk jarak yang tak sampai setengah jam. Perkiraan saya paling Rp 50 ribuan. Paling-paling mahalnya pun Rp 100 ribu. Tapi harga yang ditawarkan sungguh bikin sesak. Si sopir pasti tak berpikir kalau keluarga yang sakit pusing tujuh keliling memikirkan biaya berobatnya.
Dalam keadaan begitu mau marah atau sewot pun tak ada gunanya dan lebih baik mengalah. Yang terpenting yang sakit bisa segera dipindahkan.
Mengalami kejadian ini, saya cuma bisa berjanji pada diri sendiri jangan sampai deh punya pikiran dan hati untu mencari keuntungan di atas kesulitan atau kesusahan orang lain.
hehehhe..kesempatan dalam kesempitan Pak Kate…kalo supir angkot saja gitu, bagaimana dengan mereka – mereka yang duduk ‘di singgahsana’?? hehehhe …kebayang..
Iya ya Ci, apalagi menyangkut uang berjut jut hehehe