
Ku terduduk, lunglai di sudut kamar
Dengan pasak besi di tangan kiri dan palu di tangan kanan
Menerawang, pandanganku kosong tatapanku nanar
Bibirku bungkam, tak kuasa desahkan erangan
…
Rasanya ingin segera kutancapkan pasak tajam
Tepat di tengah jantungku dalam menikam
Membenamkannya dengan palu yang kuat menghujam
Hancurkan hati dan rasa yang sakit terrajam
…
Biarlah darahku mengalir membanjiri seluruh kamar
Mengurai kepedihan yang lama terpendam
Biar saja kini semua terasa hambar
Tanpa rasa, bahkan pula rindu dendam
…
Dalam kedip mata jiwa yang sekarat
Nurani bergolak tandai meregangnya nyawa
Ku t’lah pasrah dalam buaian maut yang mendekat
Bersama kelegaan lepasnya nyawa dari raga
…
Baringkanlah jasadku di bawah nisan putih
Tak perlu bunga, cukup untaian doa pembuka jalan
Biar semua tahu yang tergeletak adalah jiwa yang letih
Yang tak kuat menahan segala sedih dan kepedihan
…