“Hemmmmmmmmmm… aku salut banget loh dengan pak bupati itu. Ia nekat maksimalkan otoritasnya untuk memblokir bandara. Merpatipun kepak-kepak sayapnya ke bandara lain. Kebayang jika semua bandara gak ada yang terima Merpati Never Arrive ini. Jadilah trisula problematika: Bupati-MNA-Pelanggan. Seru-seruan nih, saya tak suka MNA bertahun-tahun lamanya, saya pernah akan terbang ke Pontianak, aku terlunta-lunta”, keluh Essa.
Unik bin majleb, Essa apresiasi dan kanalkan kekecewaannya ke dirgantara sipil yang tak menyipil itu. “Kena batunya sekarang”, serapah Essa. Boro-boro blokir, itu gak akan mempan loh. merpati tetaplah Merpati, tak doyan koreksi diri. Tindakan bupati itu salah, okelah salah, tapi Essa sudah sangat merasa bahwa bupati itu mewakili ratusan bahkan ribuan penumpang yang selama ini, terkatung-katung, tertunda-tunda. Tahun-tahunan lamanya.
Konon, MNA akan menuntut pidana dan perdata ke bupati yehhh. Hemmmmmmmm, bagossssssssssss. cek semua tiket Anda dan balik komplen ke MNA. Sudah berapa ratus kali Anda dirugikan secara perdata, waktu dan kerugian sosial psikologik akibat ulah MNA dengan alasan standar: “Pengumuman, keberangkatan MNA ditunda akibat gangguan teknis. Harap Maklum”.
“Harap maklum…Harap maklum…. yah dimaklumi ‘tertunda’ padahal saya bersaksi pesawat itu sering putar-balik nyatroni penumpang route pendek-pendek alias ngojek”, tutup Essa.
Jadi pilot merpati sama aja dengan kang ojek ya.. :ngakak
kru nya pada mogok krn gaji nya di cicil 😀
weleh merpati mulai ingkar janji ya Bro, eh si Husin ke mana ya? :thanks2