Saya pernah ketemu seorang anak muda yang pintar sekali. Menurut saya masa depannya bisa sangat baik. Dulu kami rekan kerja walau untuk masa kerja yang sangat singkat. Sayangnya, lagi – lagi ini sayangnya. Kemudaan acapkali lambat menggapai kedewasaan. Anak muda ini ilmunya tinggi. Usia dibawah dua puluh lima dan sudah mengenyam pendidikan S2. Pandai bicara didepan umum layaknya dosen/ presenter. Kami bekerja dibidang report ekonomi ketika itu, sehingga caranya berbicara membuat kagum semua orang. Saya? Hee-he, terus terang saya dummy dengan omongan yang terlalu teoritis. Saya suka kata – kata sederhana yang runtut dan logis. Sudah itu saja! Tapi saya tahu untuk memperlihatkan profesionalisme, banyak orang suka mengadopsi kata – kata yang ruwet njlimet. Biar terlihat profesional dan canggih. Hal yang lumrah!
Anak muda ini attitude-nya, jauh dari yang diharapkan. Kesombongan menjadi kunci penampilannya. Jadi karena pintar, ia harus sombong. Kalau bicara maunya dia ‘dianggap’, jangan karena muda dia diremehkan. Padahal bukan masalah muda dan tua, tho? Orang saling berbicara jika mereka tertarik dan ada bahan pembicaraan yang cocok? Nenek – nenek saja kadang asyik diajak bercerita, karena pengalaman masa lalu yang kita tak tahu dapat tergali oleh percakapan dengannya. Anak SD atau SMP pun seperti putri saya dan teman – temannya, selalu punya hal yang seru dan menarik untuk dibicarakan. Bercakap dengan mereka saya jadi tak ketinggalan jaman, dari Justin Beiber, Miley Cyrus hingga serial Phineas & Ferb. Saya jadi mengerti dan memperoleh pengetahuan baru. Pengetahuan tentang anak dan remaja saya tak berhenti pada Scooby-Doo dan Aneka Ria Anak – Anak bersama Kak Seto dan Kak Heni. Bwehehe ..(saya = ABG, Angkatan Babe Gue).
Muda, selalu kurang pengalaman! Almost selalu. Muda juga selalu ditunggangi oleh emosinya. Serba tersinggung! Serba Sensi! Serba nggak terima! Seorang teman membuat status demikian. “Jaman dulu kok saya emosian ya, serbanya tersinggung. Sekarang saya bisa lebih kalem dan lebih tenang menghadapi permasalahan.” Lha iya, sekarang anaknya sudah dua, istrinya satu (ga usah nambah!) dan pekerjaannya trainer. Kalo pemarah, mutungan dan kasar, siapa yang mau menjadi siswa trainingnya? Bwehehe-.. Muda, tenaga itu masih berlimpah, otak masih ngga dipenuhi oleh permasalahan rumah-tangga dan tetek-bengeknya. Kunci utama para pemuda dan pemudi adalah mengontrol emosi dan mendengar arahan orang-tuanya. Ini benar, karena orang – tua yang baik pasti mengharapkan yang terbaik pula bagi anak – anaknya. Yang kedua banyak melihat, mendengar dan membaca. Sehingga sekalipun belum berpengalaman, setidaknya ada basis pengetahuan tentang bersikap dan perilaku di kehidupan. Jangan semau gue!
Sepandai tupai melompat selalu jatuh juga. Muda, pintar dan gagah, jika tidak pandai mengelola emosinya, akan melakukan hal – hal yang disesalinya. Muda, jangan sombong, kamu kan belum pernah tua! Pintar, jangan sombong, pasti ada yang lebih pintar dari kamu. Gagah, jangan sombong, nanti jadi tua juga semua orang akan peyot dan reyot. Muda sebaiknya terus menambah ilmu, berkegiatan positif, hura – hura boleh tapi tahu batasannya. Muda, sebaiknya selalu minta nasihat ayah dan mengadu kepada ibu, apapun yang terjadi. Sebab merekalah yang menurunkan kamu kedunia. Menghindari gamang dan ragu, jika belum, mulai rajinlah berdoa. Seolah doa hanya kewajiban orang yang sudah tua? Salah! Semua orang menjelang tua baru sadar, kenapa tidak sejak dari muda saya berdoa? Dan satu hal yang utama, banyak – banyaklah membaca kitab suci, apapun agama Anda! Sehingga perlahan selain muda, Anda juga kian menjadi dewasa. Tidak selalu muda, kekanakan, mutungan, sensian, jengkelan, musuhan, bencian. Hehehe…Habis energi untuk semua perihal yang sangat merugikan! Okay,…I was there! Saya pernah muda, kekanakan, mutungan, sensian, jengkelan, musuhan, bencian. Hehehe… Sekarang pun masih,…masih muda! 😆
Mudah2an setelah menulis ini Ci Jo wajahnya jadi muda, tapi jiwanya yang tua hhehe..dan emosinya dewasa
amiiiinnn..makasih doanya Bung Bos Kate..