Kalau melihat anak-anak dengan tingkahnya yang nakal saya kira sudah biasa. Apakah kenakalan anak-anak itu semata-mata karena keinginan mereka?
Kita semua pernah jadi anak-anak, kita bisa merasakan apa yang berkecamuk dalam hati kita. Tentu tidak ada anak-anak yang bercita-cita menjadi anak nakal untuk dikenang menjadi sejarah hidupnya.
Kita memang selalu berpikir bahwa anak-anak menjadi nakal itu hal biasa. Padahal dengan persepsi itu tanpa kita sadari secara tidak langsung menjerumuskan mereka dalam kenakalan.
Ketika ada anak yang nakal, kita membelanya dengan berkata,”Tidak apa-apa. Namanya juga anak-anak!” Apa yang kita katakan akan direkam dengan baik oleh anak dan tersimpan dengan baik pula dalam memori alam bawah sadarnya.
Perkataan yang seakan membebaskan mereka untuk menjadi anak nakal. Pada saat kenakalannya sudah berlebihan dan dinasehati, maka dalam dirinya akan ada penolakan. “Bukannya saya masih anak-anak dan nakal itu tidak apa-apa?”
Pada dasarnya anak-anak pun tidak ingin menjadi anak nakal. Tetapi justru adakalanya terjadi pembiaran oleh orangtuanya sendiri.
Saya menyadarinya hal ini ketika si dede berkata,”Kalau gitu, hipnotis Dede ya Pi, biar Dede gak nakal.”
Ceritanyanya begini:
Belum lama ini saya diajak istri ke Toko Buku Gramedia. Katanya sedang ada diskon besar-besaran. Tentu saya tidak menolak karena Toko Buku merupakan tempat favorit saya kalau sedang jalan-jalan ke mall.
Kebetulan saya sedang tertarik dengan hal-hal yang berbau terapi. Ada beberapa buku tentang terapi yang menarik. Yakni terapi doa dan hipno terapi. Ada satu buku dengan tema hipno terapi untuk anak.
Sepulangnya saya bercerita ke si dede, kalau saya berniat menerapkan hipno terapi untuk mengobati gangguan yang dialaminya.
Lalu dia bilang,”Bisa untuk terapi anak yang nakal gak, Pi? Dede mau dong diterapi biar gak nakal!”
“Loh, emang Dede anaknya nakal ya?” goda saya.
“Ada nakalnya juga sih, Dede mau dong gak nakal lagi!” katanya polos.
Wah boleh juga nih si dede jadi ‘kelinci percobaan’ untuk terapi ha ha ha..setelah itu bapaknya yang diterapi biar tidak nakal lagi. Lah, siapa yang bilang saya nakal?