Berhari-hari saya tidak bisa tidur nyenyak oleh perkataan seorang menteri yang jelas lebih pintar dari saya. Tapi yang bikin saya tak habis pikir adalah menteri yang katanya pintar itu tak berpikir dengan pernyataannya itu.
Sampai saya berpikir, jangan-jangan itu menteri ketika berkata tak pakai pikir lagi. Karena tujuannya bukan untuk membuat orang berpikir. Tapi tujuannya cuma untuk menyindir atau cari simpati.
Coba simak perkataan Menteri Perindustrian kita, MS Hidayat beberapa waktu yang lalu yang saya cuplik dari kompas.com,“Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga. Harus diberikan kesempatan kepada rakyat kecil yang mencintai Pak Jokowi untuk bisa membeli mobil murah.”
Kenapa harus spesial ditujukan ke Jokowi? Apakah karena ketidak-setujuan Jokowi dengan akan diluncurkannya mobil murah oleh pemerintah? Apakah untuk mencari perhatian? Ah itu terserahlah tak bikin saya pusing kepala.
Karena yang sebenarnya bikin saya yang kebetulan sedang berstatus sebagai rakyat dengan penghasilan kecil tak bisa tidur itu ada pada kalimat “…ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil…” dan “… diberikan kesempatan kepada rakyat kecil…”
Kalau Pak Menteri itu berpikir sebagai rakyat kecil pasti tak akan terpikir kalau rakyat yang berpenghasilan kecil itu akan mampu membeli mobil murah itu. Yang namanya mobil semurah-murahnya pasti harganya akan mencapai puluhan juta. Tidak mungkin sejuta atau dua juta.
Jadi omong kosong kalau mampu membeli mobil murah itu dengan penghasilan sebagai rakyat kecil. Coba hitung sendiri. Dengan penghasilan sekitar dua jutaan per bulan. Berapa yang akan tersisa untuk tabungan membeli mobil itu? Kalau saya sih seringnya malah tekor. Artinya saldo rekening setiap bulannya nol rupiah.
Saya yakin rakyat yang senasib dengan saya kebanyakan yang dipikirkan itu bukan mobil murah. Tapi harga kebutuhan pokok yang murah. Ke mana-mana bisa naik kendaraan umum dengan harga murah dan nyaman. Itu sebenarnya yang paling terpikirkan.
Yang namanya mobil pun mungkin belum pernah terimpikan oleh karena kesibukan memikirkan kebutuhan pokok yang terus melonjak. Ya, contohnya saya ini. Kasarnya boro-boro mikir beli mobil murah, mau kontrak rumah saja sudah pusing kepala.
Heran juga dengan Pak Menteri kita ini. Kenapa lebih memikirkan mobil murah untuk rakyat? Apakah dengan bisa beli mobil murah itu tandanya sudah hidup sejahtera? Inilah yang namanya pejabat yang tidak mengerti perasaan dan keadaan rakyat kecil.
Apes nian jadi rakyat kecil di negeri ini. Sudah nasibnya kembang kempis kurang mendapat perhatian pemerintah. Malah oleh pejabatnya dijadikan jualan untuk mencari simpati. Apa-apa kalau ada maunya bawa-bawa nama rakyat kecil. Padahal tidak sedikit pun mereka dapat merasakan bagaimana mirisnya hidup jadi rakyat kecil.
Jujur saya jadi menyesal tidak bisa tidur gara-gara memikirkan hal ini. Setelah menuliskannya kepala jadi plong juga. Lega. Tapi ada harap-harap cemas kalau nanti dikirimi mobil sama Pak Menteri.