Acik sudah bersiap mengambil langkah seribu. Tapi segera dia urungkan karena suara menggelegar bu kades Jingga dengan TOA sebesar baskom.
“Acik,jangan pernah berpikir mau lari dariku ya, atau ulekan ini akan melayang!”
Acik terdiam sesaat. Dahinya mengkerut. Yah dia harus berpikir cepat. Kalau tidak, bisa bisa ia menjadi bancakan oleh orang orang yang barusan datang. Ken hanya bisa celingukan. Menoleh ke arah Acik dan warga yang datang secara bergantian. Apa yang terjadi? Apa yang selama ini ia hindari di hutan beton sebelah selama ini, malah terjadi di depan hidungnya. Sedang Emak Marla juga terlihat bingung.
“Ada apa ini, pak Kades? Bu kades?” Emak Marla bertanya dengan wajah bingung.
“Itu bu, Acik selama ini ternyata sudah ngapusi kami. Kemaren banyak orang datang pada demo. Numpang demonya para dokter. Mereka demo kalau biaya pembuatan KTP kok mahal sekali. Padahal kabar ayamnya, eh kabar burungnya bapak, eh kabar kaburnya KTP itu gratis tis alias tidak bayar. Celaka lagi, masak ontanya tetanggaku malah dapat KTP. E ka te pe lagi!” kata sekdes Asih.
“Bu.. bukan begitu… bi. Bisa sayajelaskan sodara sodari…” Acik tergagap bingung.
“Bukan apanya, nih tadi aku teken KTP, kok setelah aku chek, KTP ku sendiri salah nama. Yang seharusnya Ibaybens Andromeda, kok malah Ibay Lebay Androk the Band!” pak Kades bersungut sungut.
“Lho, khan yang nulis nama bukan saya pak? Cici kim Foeng!” kata Acik. Ia merasa medapat celah dan angin segar. Ada kambing hitam deh. “Sodara sodari semua, apa salah saya? Saya khan Cuma penghubung biar lebih lancrr, kalo ada kesalahan ejaan dan penulisan gelar itu bukan tanggung jawab saya. Yang nulis khan cici Kimfoeng, tapi kalo secara structural itu khan tanggung jawab sekretaa…” Acik tidak menyelesaikan ucapannya saat melihat sekdes Asih memandang tajam.
“Eh, kamu nyalahkan aku ya?’Aku khan sudah percaya ama ku, tinggal teken utk ACC doing!” Sekdes Asih berang. Bu Kades Jingga mendekat. Dengan tangan kiri berkacak pinggang sambil memegang ulekan. Tangan kanan Jingga langsung menuju telinga Acik. Menjewernya.
“Eh kamu tuh jangan macem macemya, kalau sampe pak Bupati tahu KTP suamiku salah namanya. Aku uleg kamu kayak ngulek sambel!”
Ranti, Pongky,dan Inin masih terdiam dan memasang wajah garang. Atau tepatnya digarang garangkan biar tampak menakutkan. Walaupun kalau dishoot dari dekat malah inget film mr Bean. Acik meringis menahan sakit. Sebenarnya tidk sakit juga, tapi Cuma strategi biar keliatan sakit beneran dan tidak ditambah jewerannya. Emak Marla masih bengong.Begitu juga Ken.
“Bentar, bentar sodara. Aku harap jangan dibahas masalah ini dulu. Ini ada orang baru keluar dari hutan. Kasian. Bukankah pak kades berjiwa kasih, bu kades seorang yang cantik. Dan semuanya khan orang orang yang baik khan. Kuharap tolong dia dulu.” Kata Acik sambil menunjuk ke Ken. Ken terbengong.
“ Iya, dia kata acik, mungkin kena Insomnia. Katanya dulu dia penduduk sini juga, meski penduduk nyasar.”Emak Marla menimpali. Dia kasian juga melihat Acik hendak dimassa oleh pak kades dan warga. Sekalian empatinya ke Ken.
“ Ya sudah, sekarang kita semuake balai desa. Acik, kamu juga harus ikut!” perintah pak Kades Ibay
Semuanya berjalan bersama menuju balai desa yang jaraknya 100meter dari tempat mereka berdiri.
Sesampai di balai desa, semuaduduk lesehan di pendopo. Sebagai bentuk persaman derajat maka desa tidakmenyediakan kursi. Semua duduk sama tinggi dan sama rendah. Kecuali warga yang datang membawa bantal buat alas pentat mereka sendiri sendiri.
“ Kamu namanya siapa?” tanya Pak Kades
“Lupa pak,” jawab Ken.
“Lho katanya tadi namanya Ken!”Acik menyela.
“Ohya ya, nama saya Ken pak.”
“Kenpak?” bahasa manapula tuh??”Jingga serius bertanya.
“Bukan Kenpak Jingga, tapi Ken …Ken Pak itu buat manggil yayangku!” Kata Ranti. “ masak sih bu kades dodol gitu?’
“Ehhhh… ngajak perang ya Loe?!”Jingga melotot. “Manggil manggil suamiku yayang!”
“yeee emang bang Ibay sayang amakamu? Abang tuh Cuma takut ama kamu!” Jawab Ranti.
“Awas ya, mau aku lempar ama ulegan ku ini?!” Jingga emosi dan segera berdiri dengan lututnya bersiap hendak melempar ulegannya. Melihat itu pak Kades segera berkata,
“Sudah, sudah, masak sih dari dulu kalian kagak pernah akur! Ini kita sedang menolong orang. Kok malah kalianyang tengkar. Dari jaman flinstone sampe jaman einstin gini kalian tidak pernah akur. Malu maluin. Ya kalau Tom n jerry difilmkan bisa dapat honor, la kalian tidak ada yang mau syuting kalian. Mana telinga penuh rasanya. Honor tidak dapat pula!”
Ranti dan Jingga terdiam. Tapi mata mereka masih saling melirik penuh emosi. Pak Kades melanjutkan.
“Tuh kata si Acik namamu Ken?Benar?”
“kayaknya sih iya pak, tapi sayalupa”
“terus nama panjangmu sapa?”
“ Itu juga saya tidak pasti,kayaknya sih Ken Arok, eh bukan dink, Ken dedes kali ehmmm eh Atau Ken Umang yaaa?” Ken menjawab tapi masih bingung dan ragu juga.
Si Pongky, Inin tiba tiba tertawa. Terbahak. Pak kades berteriak. “hei! Jangan ketawa!” yang tertawa punterdiam.
“Ehm saya lupa, tapi kalau yang saya inget, dulu pernah punya pacar, ehn pujaan hati namanya Roro JOnggrang.”Kata Ken.
“Benar? Tidak salah inget?!” pak Kades memastikan.
“benar pak.” Ken memastikan.
“Menurut buku wasiat desa ini. Memang dulu ada yang bernama Roro Jonggrang. Cerita percintaannyapun sampai dibuatkan telenovela. Tapi apa ya yangitu? Wong Roro Jonggrang hidup lebih dari dua abad yang lalu.?” Jelas pak kades Ibay. “Tidak mungkin itu!”
Tiba tiba tubuh Ken bergetar hebat. Semua kaget. Tubuh ken semakin hebat bergetar. Hamper semua terbangun dari duduk dan berusaha meraih Ken. Mencoba menenangkan tubuhnya. Beberapa menit semakin hebat bergetar. Tiba tiba ada suara bergema.
“Lepaskan dia! Lepaskan!” Semua terkesiap. Suaranya parau agak menakutkan. Ada hawa mistis tiba tiba menyelimuti balai desa. Tiba tiba di dekat situ sudah muncul seorang kakek tua.Semua yang melihatnya masih terkaget. Tapi perlahan agak sedikit tenang saatmelihat di dada kanannya tertulis sebuah nama.
“Minggir kalian semua! Ini urusanku!”
Orang itu mengangkat tongkatnyaseperti hendak menghujamkan kea rah tubuh Ken.
WUZZZZ ……
====bersambung lagi===