Hingar bingar pesta demokrasi negeri ini sudah sangat terasa terutama jelang tahun 2014. Pesta yang diadakan lima tahun sekali ini jelas akan kembali menorehkan sejarah untuk menentukan pemimpin baru negeri ini. Siapakah yang kelak memimpin negeri yang dikenal dengan jutaan pulau dan budaya ini? Siapakah kelak yang dapat membawa negeri ini ke perubahan lebih baik?
Beberapa nama sudah menghiasi pemberitaan terkait pencalonan menjadi pemimpin negeri ini. Profil- profil mereka sudah mulai terpampang di berbagai sudut daerah. Baik berupa spanduk, baligho ataupun yang benar- benar narsis di televisi mengangkat profil pribadi sendiri. Bahkan ada pula beberapa yang sudah memulai kampanye “colongan” guna meraih suara yang lebih banyak. Mendekati para ulama, tokoh masyarakat hingga membagikan barang- barang electronic hingga kendaraan bermotor kepada masyarakat terpilih. Efektifkah? Terkesankah rakyat pada kegiatan mereka? Sosok seperti apa yang diinginkan rakyat sebenarnya?
Sejatinya rakyat hanya menginginkan figur pemimpin yang benar- benar mengayomi rakyat, banyak bertindak untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik bukan tebar pesona pencitraan di berbagai media. Tak perlulah berlagak bak seleb di televisi ataupun foto model yang terpampang di spanduk jalanan jika nantinya setelah menjadi pemimpin hanya bekerja untuk memperkaya diri. Sungguh, rakyat tak butuh itu. Rakyat pada nyatanya membutuhkan bentuk nyata dari adanya pemimpin di negeri ini. Pemimpin yang diinginkan rakyat adalah pemimpin yang bekerja ikhlas untuk perubahan negara lebih baik.
Bukan lagi rahasia kalau negeri kita Indonesia sedang mengalami sakit akut. Berbagai virus menyerang di semua lini baik pendidikan, kesehatan, pemerintahan bahkan hukum yang seharusnya melindungi masyarakatpun terserang virus yang boleh dikatakan sangat berbahaya. Dalam dunia pendidikan, kesehatan, hukum kita sangat sadar bahwa kesempatan bagi masyarakat menengah ke bawah sangat kecil. Pada kenyataannya masih ditemukan orang miskin dilarang sekolah dan dilarang sakit. Ketidakadilan yang dirasakan masyarakat masih sangat terasa. Jika seorang miskin mencuri daun singkong saja untuk makan akan mendapat hukuman pidana penjara, namun jika anak pejabat yang menewaskan orang lain hanya mendapat hukuman ringan bahkan tak jarang ada yang bebas. Keadilan jelas masih belum dirasakan seluruh masyarakat kita. Jika yang bersalah memang harus dihukum seharusnya siapapun termasuk presiden pun seharusnya dapat dihukum bila melanggar aturan, namun sayangnya ini belum terjadi di Indonesia.
Tertangkapnya beberapa pejabat negara oleh KPK terkait pada kasus korupsi yang mereka lakukan di pemerintahan jelas semakin menambah bobrok negeri ini. Terbukti pemimpin- pemimpin kita adalah kumpulan manusia- manusia serakah yang haus kekuasaan dan jabatan. Memperkaya diri tanpa ingat diluar sana jutaan orang masih bingung besok makan apa dan akan tinggal dimana. Menambah pundi- pundi kekayaan pribadi dari uang yang bukan miliknya pribadi. Demikianlah pada kenyataannya, mereka yang dulunya pernah kita percayakan untuk menjadi perwakilan kita di lembaga dewan, yang dulunya kita menjanjikan banyak hal jika kita pilih ternyata hanya manis dibibir. Amnesia akut jika sudah mendapat jabatan itulah profil pemimpin- pemimpin saat ini.
Harapan yang sama pastinya tersemat pada seluruh rakyat Indonesia menginginkan figur pemimpin yang terbaik untuk membawa negeri ini menjadi lebih baik. Lagi- lagi rakyat tak butuh janji- janji manis kalau pada akhirnya berujung pahit. Lebih baik buktikan dengan fakta dan kenyataan. (ISL)
Bandung, 25 Desember 2013
Semoga harapkan kita untuk mendapatkan pemimpin yang bukan hanya janji akan segera terwujud, mbak Imas, Bedoa mulai :sungkem